Berita Tanahlaut
Sebatangkara, Perempuan Tua di Tala Huni Rumah Reot dan Compang-camping
Ketika memasuki rumah tua berukuran sekitar 6x6 meter itu, mesti ekstra hati-hati menapakkan kaki.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, bak peribahasa inilah lakon hidup yang kini dijalani Fahriah.
Perempuan tua warga RT 14 Desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), ini selama bertahun-tahun hidup bersahaja dalam belenggu kemiskinan.
Pantauan banjarmasinpost.co.id, Jumat (1/5/2020), rumah yang ia tempati teramat reot.
Seluruh bentang atap compang-camping.
Bahkan di bagian ruang tengah nyaris tak berpelindung lagi sehingga ketika hujan, air dari langit terjun bebas membasahi lantai.
• 3 Kali Tak Shalat Jumat Akan Ditutup Hatinya, Bagaimana Saat Wabah Covid-19? Ini Kata UAS
• Hari Ini 1 Mei 2020 Dibuka Lagi Pendaftaran Prakerja www.prakerja.go.id Dapatkan Rp 3,5 Juta
• Perjanjian Sirajuddin & Imel Putri Cahyati Diungkap, Kala Zaskia Gotik Belum Dinikahi
Ketika memasuki rumah tua berukuran sekitar 6x6 meter itu, mesti ekstra hati-hati menapakkan kaki.
Pasalnya, papan-papan lantainya pun banyak yang keropos.
Salah injak berisiko terperosok.
"Ya beginilah kondisi rumah saya, rusak parah. Saya tak punya uang memperbaiki," ucap Fahriah.
Jangankan memperbaiki rumah, sekadar untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari pun ngos-ngosan.
Maklum, Fahriah hanya petani kecil, penggarap sawah milik orang lain sistem bagi hasil panen.
Pascatanam saat ini nenek 60-an tahun itu nganggur.
"Sisa uang sedikit diirit-irit supaya cukup, makan seadanya. Alhamdulillah ada saja yang iba, mengantari makanan atau lauk. Kadang ada yang ngasih beras," tuturnya.
Di rumah tua yang lapuk dan reot itu, Fahriah hidup sendirian.
Telah cukup lama yakni sejak 25 tahun silam sejak ia berpisah dengan sang suami.
Sementara itu satu orang anaknya telah berkeluarga dan berumah sendiri.
Meski masih satu kampung namun jaraknya lumayan jauh.
Meski hidup dalam keterbatasan, namun Fahriah tetap sabar dan bersyukur atas nikmat hidup yang diberikan Tuhan.
Tidur dalam balutan udara yang teramat dingin dan bahkan lembab oleh bias hujan adalah hal biasa baginya.
Hanya bagian belakang yang masih dapat ia tempati.
Itu pun atapnya juga bolong di sana-sini dan ditambal plastik seadanya.
Di ruang belakang itu pula, Fahriah tidur dan memasak.
Ia teramat terharu ketika kemudian tanpa terduga kedatangan tamu dari Kota Pelaihari yang membawa puluhan lembar seng.
"Terima kasih banyak, terima kasih," ucapnya dengan suara bergetar.
Material bangunan tersebut bantuan dari tokoh pemuda Tala sekaligus pegiat antikorupsi, Muhammad Hardiansyah.
"Begitu saya mendengar informasi tentang kondisi ibu Fahriah, saya langsung terenyuh," ucap Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Merah Putih ini.
Ia membeli 50 lembar seng dan langsung diantarkan sendiri ke lokasi, kemarin sore.
"Mudah-mudahan bermanfaat dan semoga nasib beliau mendapat perhatian pemerintah daerah maupun kalangan pengusaha di Tala. Mari bersama-sama membantu agar ibu Fahriah bisa segera tinggal di rumah yang layak huni," tandasnya.
Harapan senada diutarakan Salapudin, tetangga Fahriah.
"Semoga saja ada lagi pihak-pihak lain yang membantu material bangunan lainnya supaya rumah sidin (beliau) bisa secepatnya diperbaiki," ucapnya.
Sebagai tetangga dekat, Salapudin mengaku sangat prihatin melihat kondisi kehidupan Fahriah.
Apalagi di tengah situasi ekonomi yang saat ini tak menentu.
"Kami di sini hanya mampu bantu-bantu sekadarnya seperti makanan. Hidup kami saat ini juga susah," tandasnya.
(banjarmasinpost.co.id/roy)
