Guru Zuhdi Meninggal Dunia
Profil Guru Zuhdi atau KH Zuhdiannor, Ulama Kalsel yang Meninggal Dunia di Jakarta
Ramadhan ke-8 1441 H atau Sabtu (2/5/2020) ulama kharismatik Kalimantan Selatan yang akrab disapa Guru Zuhdi atau KH Zuhdiannor meninggal dunia..
Penulis: Noor Masrida | Editor: Didik Triomarsidi
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Berikut profil KH Zuhdiannor atau Guru Zuhdi, ulama Kalimantan Selatan yang meninggal dunia di Jakarta.
Ramadhan ke-8 1441 H atau Sabtu (2/5/2020) ulama terkenal Kalimantan Selatan yang memiliki nama akrab Guru Zuhdi meninggal dunia.
KH Zuhdiannor adalah seorang ulama yang dicintai jemaahnya dan juga menjadi salah satu yang dihormati dan sering dimintai pendapatnya.
Melansir berbagai sumber, berikut profil dan fakta-fakta terkait Guru Zuhdi.
• LIVE Aswaja TV! Siaran Langsung 100 Hari Guru Zuhdi Meninggal via Live Streaming Youtube di Sini
• INNALILAHI! Ulama Banjarmasin Guru Zuhdi Meninggal Dunia
• 4 FAKTA Guru Zuhdi Sempat Jalani Rapid Test Virus Corona Sebelum Meninggal, Ini Hasilnya
• Jenazah Guru Zuhdi Diterbangkan ke Banjarmasin Hari Ini, Tamliha: Mari Bersama Doakan Beliau
KH. Ahmad Zuhdiannor dilahirkan di Banjarmasin pada 10 Februari 1972 dari keluarga yang menekuni ilmu-ilmu agama seperti dikutip dari tulisan di ije7.blogspot.com Sabtu (2/5/2020).
Beliau merupakan putera dari H. Muhammad bin Jafri dan Hj. Zahidah binti KH. Asli.
Ayah beliau dikenal sebagai ulama yang cukup terkenal di Banjarmasin.
Sedangkan kakek beliau dari pihak Ibu, KH. Asli adalah tokoh ulama yang berdomisili di Alabio.
Keduanya nanti terlibat secara penuh dalam pendidikan Zuhdi kecil.
Beliau memiliki sembilan orang saudara.
Dua orang di antaranya sudah meninggal, sehingga ada tujuh orang yang masih hidup.
Nama-nama saudara beliau, Hj. Naqiah, Sa’aduddin, Jahratul Mahbubah, As’aduddin, Zulkifli, Najiah, Nashihah, dan Nafisah.
Pendidikan formal yang dijalani KH. Ahmad Zuhdiannor hanya sampai tingkat SD.
Setelah itu, beliau melanjutkan ke Pesantren Al-Falah, selama sekitar dua bulan, namun karena sakit kemudian berhenti.
Kemudian beliau belajar dari kakek beliau sendiri dari pihak ibu, KH. Asli selama satu tahun.