Usaha Bingka di Tapin yang Diwariskan Turun Temurun ini Semakin Banjir Pesanan Online

Keunggulan lainnya adonan menggunakan lebih banyak telur dan gula merah asli daripada tepung.

“Meski harga gula merah asli naik, harganya tetap,” kata Ifah mengungkapkan salah satu kiatnya.

Ifah mengaku terbantu oleh Mahmudah yang gencar memasarkan bingka melalui media sosial.

Walau pasar wadai tidak buka karena pandemi Covid-19, produksi mereka justru meningkat.

Hal itu karena pesanan online banjir.

Sehari 75 loyang dengan empat varian rasa yakni bingka kentang, bingka telur, bingka tapai dan bingka nyiur atau kelapa muda, mereka olah.

Berdasarkan pesanan online, Mahmudah mengaku setiap pekan mengantar sekitar 40 bingka ke Kota Banjarbaru dan Martapura. Ada pula pesanan dari Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

“Kalau pesan di luar Kota Rantau harganya naik karena ada ongkos kirim. Kalau sekitar Rantau cuma Rp 35 ribu,” katanya.

Meski hari masih siang, sudah ada pelanggan yang mendatangi rumah Ifah.

Tika, warga Kelurahan Kupang Kecamatan Tapin Utara, mengaku merupakan pelanggan bingka bakar buatan keluarga Hj Ifah Fauzan.

“Setiap Ramadan, ada saja saya membeli bingka di sini . Ini saya membeli dua rasa, bingka rasa tapai dan bingka rasa kentang,” ujarnya.

Sedang Hj Hikmah, warga Desa Tatakan Kecamatan Tapin Selatan, mengaku sebagai langganan baru.

Dia sudah kali kedua membeli bingka Ifah.

“Saya sudah berkeliling membeli bingka di Rantau. Cuma bingka Hj Ifah Fauzan ini yang belum dicoba. Ini sudah dua kali beli bingka,” katanya. (edisi cetak)