Berita Tapin

Gunakan Mesin Panen Padi, Petani Kabupaten Tapin Ini Bilang Begini

Penggunaan mesin panen dikatakan seorang petani Kabupagen Tapin membuat pekerjaannya lebih ringan, biaya lebih irit dan padinya tak banyak terbuang.

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUKHTAR WAHID
Warga melihat mesin panen padi di Kelurahan Kupang, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu (7/6/2020). 

Editor:  Alpri Widianjono

BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Bukhari (50) bertelanjang dada menonton mesin panen bekerja di lahan pertanian padi di Kelurahan Kupang, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Minggu (7/6/2020).

Keberadaan mesin panen padi itu berdampak bagi mata pencarian sehari-hari Bukhari, selaku buruh tani.

Bukhari mengaku selama ini bekerja sebagai buruh tani mengambil upah menanam padi dan memanen padi milik orang lain.

"Upah panen padi, Rp 1.000 per liter. Selisih sedikit jika menggunakan mesin panen padi," katanya kepada Banjarmasinpost.co,id.

Sementara itu, Mama Icha, petani padi di Kelurahan Kupang, punya alasan memilih mesin panen padi menggarap sawah suaminya. Karena, panen padi dengan mesin pekerjaannya lebih ringan dan biaya lebih irit.

Dua Awak Tugboat Tenggelam di Sungai Margasari Kabupaten Tapin

Sejoli di Kupang Kabupaten Tapin Digerebek, Cowok Sembunyi di WC

"Saya lebih hemat dana. Pekerjaan lebih cepat, jika dikerjakan secara manual," katanya.

Mama Icha memiliki sawah yang luasnya sekitar enam borongan itu, dengan mesin panen padi, hasilnya delapan karung.

Menurutnya, jika panen padi secara manual melibatkan sejumlah pekerja. Kemudian, harus menyiapkan makanan dan minuman bagi buruh tani yang memanen padi.

Hasil panen tidak langsung masuk karung. Tapi, berproses lama karena dipotong, dikumpulkan dan dimasukan mesin perontok padi.

MUI Tapin Berikan Panduan Tata Cara Ibadah Aman dari Covid-19

VIDEO Begini Isi Galeri Tamasa, Koleksi Kerajinan Warga Kabupaten Tapin

"Kalau pakai mesin panen padi ini, padi yang dipotong sudah langsung masuk karung. Upahnya cuma Rp 30.000," katanya.

Muhlis, petani padi lainnya, mengaku sudah empat tahun ini panen padi menggunakan mesin sewaan.

"Sebelumnya, panen padi secara manual juga memakai buruh tani yang memanen dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 10.00 Wita. Upah panen padi dan upah angkut berbeda. Kalau pakai mesin panen tidak ada upah angkut karena hasil panen langsung masuk karung," ujarnya.

Muhlis mengaku menggunakan jasa buruh tani ketika menanam padi lokal jenis siam Kupang.

Gugus Tugas Tapin Kalsel Cek Lapak Pedagang Sayuran di Pasar Keraton

Warga Binuang, Tapin ini Tak Menyangka Dianugerahi Bayi Kembar Tiga

Pertanian padi Muhlis tidak berada di jalur irigasi, sehingga ditanami padi lokal jenis siam Kupang yang dipanen setiap enam bulan.

"Pertanian saya sawah tadah hujan karena jauh dari irigasi dan dekat dengan perkotaan," katanya.

Hal yang dikhawatirkan ketika musim kemarau, pertanian padi miliknya terbakar.

"Hasil panen padi tahun ini dijual per kilogramnya Rp 5000. Masih murah harga jualnya. Tapi cukup untuk makan dan biaya untuk upah panen dan upah tanam berikutnya," katanya.

(Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar Wahid)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved