Aruh Adat Dayak Desa Labuhan

Panen Selesai, Warga Dayak di Labuhan HST Lalukan Aruh Adat Tanda Syukur dan Tolak Bala

Meski di tengah pandemic corona virus disease (covid-19), warga Dayak mengupayakan melaksanakan aruh adat sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan

Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/eka pertiwi
Proses memasukan beras ke bambu dilapisi daun hanau 

Untuk aruh adat bahan utama yang tak boleh ketinggalan yakni ketan. Ketan ini dimasak untuk berbagai menu seperti lamang, dodol, dan wajik. Sedangkan kue lainnya terbuat dari tepung beras.

Rupanya ada filosofi mengapa ketan menjadi bahan wajib. Menurutnya, kepercayaan Suku Dayak, ketan memiliki filosofi kesejahteraan dan kerakatan (keakraban, red).

“Makanya ketan itu wajib ada. Jadi supaya rakat dan sejahtera,” ujarnya.

Selain itu, bunga tahun wajib ada dalam acara sakral ini.

Bunga tahun merupakan bunga tahunan di Pegunungan Meratus. Bunga ini hanya berbunga setahun sekali.

Warga Dayak Desa Labuhan percaya jika bunga tahun ini mekar artinya ritual aruh adat harus dilaksanakan.

Bunga berwarna merah ini, dapat ditemui di pegunungan meratus.

Selain itu, jik biasanya usai memasak kita boleh mencicipi masakan. Tidak dalam ritual aruh adat.

Bagi masyarakat adat Dayak di Desa Labuhan pantang mencicipi makanan sebelum aruh dilakukan.

Pasalnya, menurut kepercayaan pamali jika memakan sebelum pelaksanaan aruh.

Artinya, makanan ini hanya boleh dimakan sehari setelah dimasak dan usai pelaksanaan aruh adat.

Aturan ini merupakan kepercayaan leluhur. Sebelum aruh adat selesai dilarang memakan sesajen.

Namun, bebernya, usai aruh dilakukan maka seluruh makanan wajib dibagikan.

"Setelah aruh baru boleh dimakan. Biasanya memang untuk dibagi-bagikan," ujarnya.

Pelaksanaan aruh pun dilakukan sejak malam hari hingga pagi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved