Payung Kembang Dalam Tradisi
Payung Kembang Dalam Tradisi Masyarakat di Kalsel, Ini Maksudnya
Kembang yang dirangkai menjadi payung digunakan masyarakat Banjar Provinsi Kalsel di acara tertentu yang melambangkan keagungan, kebesaran, kemuliaan.
Penulis: Muhammad Rahmadi | Editor: Alpri Widianjono
Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kembang-kembang curai ataupun berangkai yang biasa disebut kambang barenteng di masyarakat Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ), memiliki bau harum yang khas.
Masyarakat biasanya memanfaatkan wangi bunga-bunga tersebut untuk berbagai keperluan.
"Yang pasti, penggunaan kembang hanya untuk mengambil bau harumnya," kata Pamong Budaya Kalsel, Mukhlis Maman, kepada Banjarmasinpost.cl.id, Minggu (21/6/2020).
Maka dari itu, muncullah kebiasaan masyarakat menggunakan kembang sebagai wangi-wangian dalam momen dan acara tertentu.
• Menggunakan Kembang, Tradisi di Masyarakat Banjar Kalsel
• Penjual Kembang di Pasar Sudimampir Banjarmasin, Segini Harganya
• Mandi Kembang, Begini Kata Wakil Ketua PCNU Kota Banjarmasin Ustadz Suriani
• Kambang Barenteng yang Mashur di Kalsel, Ternyata Berawal di Bincau Berkat Sentuhan Puteri Kerajaan
Kalau kambang barenteng, biasanya dibuat menyerupai payung saat acara-acara tertentu. Di antaranya, khataman Al-Qur'an, acara pernikahan dan tradisi lainnya.
Untuk hiasan sisi payung, menggunakan kembang melati yang dirangkai satu persatu menggunakan benang.
Kemudian, ujungnya dihiasi kembang cempaka. Setelah itu, diikat sehingga posisinya menjuntai.
"Bisa juga sering dibikin payung untuk acara khatam Al-Qur’an," imbuh Mukhlis Maman.
Penggunaan payung kembang pada acara-acara tertentu, bukan tanpa maksud.
"Payung kembang memiliki maksud sebagai simbol simbol keagungan, kebesaran dan kemuliaan," jelasnya.
(Banjarmasinpost.co.id/ Muhammad Rahmadi)