Selebrita

Puring Ayu Ting Ting Sedang Jadi Tren, Ternyata Tak Ada Hubungannya dengan Ibunda Bilqis

Puring Ayu Ting Ting kini jadi tren di kalangan pecinta tanaman hias. Meski namanya sama, namun tanaman ini tidak ada hubungan dengan ibunda Bilqis

SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
Widodo saat di lahan pembibitan Puringnya. 

"Nggak tahu siapa yang memberi nama, namun orang-orang menyebut puring Ayu Ting Ting, nama artis dangdut itu," papar suami Ny Rusiati ini.

Mengapa ia jatuh cinta pada usaha bunga yang punya nama latin Codiaeum variegatum ini? Menurutnya, itu karena tingkat risikonya hampir tak ada karena bunga puring itu mudah tumbuh.

Bahkan, cukup ditancapkan saja, itu bisa tumbuh.

Malah, tak butuh perawatan khusus karena sering kali tak disiram beberapa hari masih bisa bertahan. Karena itu, puring itu sering tumbuh liar di mana-mana, bahkan tak jarang dijadikan pagar pekarangan.

"Bagi orang yang nggak paham ya seperti itu. Bisa dijadikan pagar pekarangan, juga bisa dibuat pakan kambing," paparnya yang mengaku sudah enam tahun menekuni usaha itu.

Ia mengaku, awalnya ia membudidayakan puring itu karena dapat pesanan dari temannya, untuk disuruh membuat taman di beberapa tepi jalan raya di wilayah Kabupaten Blitar. Karena tak punya stok, bapak dua anak ini beli ke Kota Batu.

 "Di Batu, katanya bunga itu cukup laku keras sehingga kami akhirnya mulai membudidayakan dengan mencari di pagar pekarangan orang" ujarnya.

Dari coba-coba itu, akhirnya banyak pembeli yang datang. Kini, ia punya empat lahan, tiga di antaranya buat pembibitan sedang satu lahan lagi buat mendisplay bunga puring yang siap dijual.

Ia mengaku sudah punya stok berbagai varietas puring, mulai lokal, sampai yang langka. Seperti puring Poskar, dan Kirana, yang punya karakter daunnya bersinar jika kena sorot lampu.

Itu karena warna daunnya mengkilat agak kekuning-kuningan dengan paduan hitam kemerah-merahan dan bentuk daunnya oval.

Sementara, puring mentimun dan sakura, daunnya panjang, warnanya bervariasi. Itu dominasi warna hijau dengan bibir daun agak kekuning-kuningan. Itu kebanyakan disuka pembeli lokal.

Ada satu lagi jenis puring kura-kura. Itu disuka banyak peminat karena daunnya melintir dengan daun lebar. Sedang, daunnya yang panjang melintir itu jenis puring jet dan keris.

"Meski bisa dibilang langka namun harganya tak mahal atau sekitar Rp 80 ribu per polibek, dengan tinggi sekitar 1 meter. Jenis ini laku keras karena bentuknya bagus namun terjangkau," ujarnya yang mengaku bisa menghidupi keluarganya dari usaha budidaya puring tersebut.

Bukti sukses, ia mengaku sudah tak binggung untuk mencari penghasilan lainnya. Malah, ia sudah bisa beli beberapa lahan atau pekarangan buat memperbesar usahanya. Belum lagi, ia juga menginvestasikan hasilnya buat beli sawah.

"Jika dulu saya jadi buruh atau kuli, kini alhambudillah saya sudah bisa menggaji tetangga, yang ikut kerja di sini. Ya rata-rata sebulan, kami masih mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp 15 juta," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: TribunNewsmaker
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved