Berita Balangan
Mesiwah Pare Gumboh Digelar Sederhana, Tak Hilangkan Nilai dan Makna Ritual
Pesta panen tahunan Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalsel kali ini digelar sederhana
Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Berlangsung selama tiga hari, pesta panen tahunan di Desa Liyu Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalsel kali ini digelar sederhana.
Pada tahun sebelumnya, pesta pengen yang disebut sebagai Mesiwah Pare Gumboh diadakan dalam bentuk festival. Namun karena masih pandemi Covid 19, festivalnya pun ditiadakan, hanya gelaran ritual adat.
Meski begitu ujar Kepala Desa Liyu, Sukri, perayaan pesta panen kali ini tidak mengurangi maknanya sedikitpun.
"Walau dilaksanakan secara sederhana, tapi sama sekali tidak mengurangi nilai dan makna dari ritual yang berlangsung," ucap Sukri.
• Rangkaian Adat Mesiwah Pare Gumboh di Liyu Balangan, Jelang Senja Ritual Tolak Bala Digelar
• Sampaikan Hasil Panen Kepada Pencipta, Begini Ritual Ngemonta Digelaran Mesiwah Pare Gumboh
• Ritual Mesiwah Pare Gumboh, Syukuran Panen Adat Dayak Deah, Kabupaten Balangan
Lebih lanjut paparnya, sempat ada dilema dan rembukan yang alot dengan panitia untuk penyelenggaraannya.
Akhirnya diputuskan pelaksanaan Mesiwah Pare Gumboh digelar wajib dengan cara mentaati protokol kesehatan Covid 19 yang berlaku.
Panitia juga menyediakan tempat pencucian tangan di depan lokasi balai adat yang digunakan untuk acara. Selain itu ada pemeriksaan suhu badan serta kewajiban penggunaan masker saat berada di dalam area acara.
Mesiwah Pare Gumboh ujar Sukri diadakan setiap tahunnya dan selalu di Bulan Juli apapun kondisinya. Tak kalah penting, pelaksanaan Mesiwah Pare Gumboh yang merupakan pesta panen tersebut adalah rasa syukur dari Suku Dayak Deyah atas hasil panen yang didapat.
Sebelumnya jelas Sukri, Mesiwah Pare Gumboh hanya digelar per individu atau keluarga. Lantas dua tahun belakangan, sudah digelar secara bersamaan. Kata Gumboh pada Mesiwah Pare Gumboh adalah makna yang artinya "bersama-sama".
Mesiwah Pare Gumboh berlangsung selama tiga hari. Sejak tanggal 24 sampai 27 Juli 2020. Setiap harinya ada agenda atau ritual yang dilaksanakan.
Beberapa ritual inti pada Mesiwah Pare Gumboh yakni tolak bala, manopeng, balian dan pantangan. Ketiga ritual tersebut merupakan bagian paling penting dan dilaksanakan saat pesta panen berlangsung.
Sukri menerangkan, tolak bala yang digelar adalah bentuk doa agar seluruh masyarakat terhindar dari bala bencana. Selain itu agar Covid 19 saat ini segera berakhir.
Ritual berlanjut dengan kegiatan manopeng yang maknanya sebagai bentuk syukur atas rejeki kesehatan yang didapat selama satu tahun belakangan. Sehingga bisa bekerja secara sehat dan tenang.
"Rangkaian lainnya ialah balian. Ini dimaknai sebagai bentuk syukur atas hasil panen, kesehatan dan rejeki yang diperoleh," jelas Sukri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/rangkaian-pelaksanaan-mesiwah-pare-gumboh.jpg)