KalselPedia
KalselPedia- Pendulangan Intan Cempaka, Tugu Intan Trisakti Bukti Temuan Intan Sebesar Telur Merpati
Di kampung pendulangan intan Pumpung Sungai Tiung Kecamatan Cempaka Banjarbaru, terdapat Monumen Tugu Intan Trisakti dibangun pada 1997 silam.
Penulis: Salmah | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID-BANJARBARU - Wilayah Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru adalah salah satu sentra pendulangan atau penambangan tradisional batu perhiasan bernilai tinggi yaitu intan di Kalimantan Selatan.
Kawasan di Kecamatan Cempaka yang sejak lama menjadi area pendulangan antara lain di Kelurahan Cempaka, Kelurahan Sungai Tiung, Kelurahan Bangkal, Kelurahan Palam.
Paling terkenal adalah di Kelurahan Sungai Tiung yaitu Desa Pumpung. Di sini ada Monumen Tugu Intan Trisakti yang dibangun pada 1997 dan diresmikan Gubernur Kalsel saat itu H Gusti Hasan Aman.
• KalselPedia - Daftar Anggota Paskibraka Kota Banjarmasin 2020
• KalselPedia - Profil Komunitas Standup South Borneo di Kalimantan Selatan
• Harga Emas Antam di Pegadaian Tembus Rp 1.084.000 Per Gram Hari Ini 17 Agustus 2020
Tugu tersebut sebagai penanda bahwa di desa itu dulunya pada 26 Agustus 1965 ditemukan intan besar oleh kelompok pendulang intan yang diketuai oleh H Madsalam. Saat ditemukan, beratnya adalah 166,75 atau seukuran telur burung merpati.
Pada tugu tersebut dipucuknya ada bentuk linggangan bersusun dan sebuah intan. Sedangkan di bagian bawah ada nama-nama anggota kelompok pendulang.
Monumen itu berpagar beton dan pada dinding pagar bagian dalam ada relief yang menggambarkan suasana pendulangan intan berikut pula proses mendapatkan intan.
Bagi wisatawan tak sulit menemukan monumen tersebut sebab di tepi jalan besar sudah ada papan nama obyek wisata pendulangan intan Desa Pumpung dan tulisan menuju monumen.
Banyak wisatawan yang menyempatkan diri berfoto di monumen yang berada di tepi jalan kampung dan berada di antara mushola dan rumah warga tersebut.
Mengenai lokasi penemuan Intan Trisakti, berada tepat di belakang monumen tersebut. Namun kini bekas pendulangannya tak tampak lagi karena di belakang monumen itu sudah berubah fungsi menjadi persawahan.
Setelah monumen, menyusuri jalan kampung menuju ke pendulangan, maka kita bisa melihat beberapa rumah warga yang juga menjadi tempat penggosokan intan dan batu perhiasan.
(banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)