Berita HSS

Pembuat Lamang Kandangan Kabupaten HSS Ini Akrab dengan Panasnya Api

Desa Pisangan Getek, Kelurahan Kandangan Barat, Kota Kandangan, Kabupaten HSS, Kalsel, sentra perajin lamang ketan.

Penulis: Hanani | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/HANANI
Nursehan dan suami menata lamang yang sudah dibakar, di depan rumahnya, Jalan SIngakarsa Desa Pisangan Getek, Kandangan Barat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Provinsi Kalimantan Selatan, Senin (31/8/2020). 

Editor: Alpri Widianjono

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN -  Bagi penggemar lamang, tentu sudah tahu Kandangan adalah pusat kuliner tradisional ini.

Tepatnya di jalan Singakarsa Desa Pisangan Getek, Kelurahan Kandangan Barat, Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Provinsi Kalimantan Selatan. 

Dengan mudahnya, akan menemukan makanan yang dimasak dengan santan kelapa dalam bumbung (ruas batang bambu) tersebut. Tiap hari, para perajin membuat lamang, untuk dijual ke Pasar Kandangan.

Nah, di balik lezatnya lamang ini, tahukan Anda, pembuatnya tiap hari berjibaku dengan panasnya api?

Proses membuat lamang, memang cukup lama. Mulai mencuci beras, memeras santan kelapa, kemudian memasukkan daun dalam batang bambu, hingga diisi beras dengan santan tadi. Selanjutnya ruas batang bambu dibakar dalam panas api dari kayu bakar, di bawah tungku.

Ziarah ke Makam Syarmiddin di Hari Pramuka, Wabup Syamsuri Temui Keluarga Tokoh Pramuka HSS

VIDEO Oknum Kemenag HSS Jalani Sidang Dugaan Pungut Biaya PTSL

“Perlu waktu satu jam lebih agar ketan campur kepala dalam bumbung masak dengan sempurna. Apinya pun harus di atur agar masaknya jangan sampai jedi kerak,” ungka Nursehan, yang puluhan tahun membuat lamang bersama suaminya, Basiun.

Karena hampir tiap hari bergelut dengan panasnya api saat membakar lamang itu, penglihatannya pun jadi terganggu. “Mata sering perih,” ungkapnya saat ditemui Banjarmasinpost.co.id, Senin (31/8/2020).

Tiap hari, Nursehan mengolah 18 liter beras plus 13 butir kelapa untuk dibiking lamang. Dari jumlah itu, menghsilkan rata-rata 20 bumbung lamang.

Proses membuat  lamang  hingga pemanggangan batang bambu sampai matang dilakukan sejak pukul 08.00 wita hingga pukul 11.00 Wita.

Selanjutnya, pukul 14.00 wita, Nursehan siap-siap ke pasar, menjual sendiri lamang buatannya hingga pukul 17.30 Wita.

Rumput Liar di Jalan Nagara, Pemkab HSS Koordinasikan dengan Pemprov Kalsel

Pengusaha Dukung Gerakan Sejuta Masker di HSS, Serikat Pekerja PT SAM Serahkan Donasi Rp 10 Juta

Satu bumbung lamang, Rp 35.000 sampai Rp 70.000, tergantung panjang ruas bambu dan diameternya.

Dia berjualan di sekitar Pasar Los Batu Kandangan, menggunakan gerobak rumbong.

Adapun modal yang dia keluarkan per hari, 360 ribu, dengan keuntungan berkisar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari. Namun sejak pandemi Covid-19, penghasilannya menurun.

“Karena pembelinya berkurang, kami mengurangi produksi lamang. Dulu sampai 25 liter sehari. Sekarang hanya 18 liter,” tuturnya.

Untuk pergi ke pasar, dia tiap hari menggunakan jasa bentor. “Jadi tiap bulan untuk biaya bentor Rp 300.000, ditambah biaya menarik dan menyimpan rombong tempat jualan Rp 350.000. Dikurangi pengeluaran itu, keuntungan yang kami raih hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari,”katanya. 

Hotspot Karhutla di Padang Batung HSS Terlacak Satelit, Ternyata Aktivitas Peladang Berpindah

Larangan Adat Belum Dicabut, Wisatawan Belum Bisa Kunjungi Air Terjun Haratai Loksado Kabupaten HSS

JIka lamang yang dibawa ke pasar tiap hari tak habis, Nursehan menyedekahkan makanan itu ke pondok pesatren yang diada di Jalan Singakarsa.

Bagi Nursehan yang tinggal bersama anak dan menantunya, lamang merupakan sumber penghasilan keluarga.

Usaha itu dia geluti secara turun temurun. “Setelah saya dan suami saya, sepertinya tak ada lagi generasi penerus kami. Karena anak-anak tak tertarik usaha ini,”pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved