Kisah Inspiratif
Pengabdian Guru SD di Desa Terpencil Tanahlaut, Setiap Saat Semangati Murid ke Sekolah
Kesadaran bersekolah yang masih rendah membuat guru harus gigih menyemangati orangtua dan murid.
“Kondisi jalan yang masih tanah berbatu dan sering becek juga kadang banjir di musim hujan. Ini juga penghambat akses. Sebenarnya Riam Adungan ini masih desa terpencil tapi kabarnya sudah tidak dikategorikan lagi seperti itu, padahal sarana dan prasarana masih kurang,” katanya.
Pada 2005 kondisi sekolah dasar di Riam Adungan masih minim guru.
Bahkan saat itu Kepala SDN 2 Riam Adungan meminta warga yang lulus SMA untuk jadi guru honor.
Tahun itu Norsahidah baru lulus SMA di Kintap dan ia pun terpanggil untuk mengajar di almamaternya tersebut.
Pada 2005 itu honornya disubsidi sebuah perusahaan yang beroperasi di Riam Adungan.
Namun setelah perusahaan pindah lokasi, tidak ada lagi subsidi.
Kemudian guru honor mendapat dana dari BOS (Biaya Operasional Sekolah), Norsahidah menerima honor Rp 250 ribu.
Setelah 10 tahun mengabdi, pada 2015 ia pun ikut sertifikasi guru SD.
“Pada 2005-2010 di sekolah kami hanya ada empat guru. Kemudian ada tambahan satu guru PNS/ASN. Alhamdulillah sekarang guru kelas sudah lengkap, hanya yang belum ada itu guru olahraga,” jelasnya.
Norsahidah juga meningkatkan pendidikannya dengan berkuliah di STAI Al Jami Banjarmasin.
Ia memilih sistem kuliah ekstensi, jadi ia kuliah hanya setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu.
Norsahidah yang merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Alquran ini setiap hari memegang dua kelas.
Di masa pandemi corona ini yang menerapkan sistem belajar-mengajar daring, sebagai guru ia juga tidak bisa maksimal melakukan pembelajaran sistem tersebut.
“Wajar saja, karena belajar daring perlu ponsel. Sementara dari 65 murid di sini yang orangtunya punya ponsel hanya 35 orang atau 50 persen. Makanya kami harus bikinkan tugas secara manual dan mereka ambil, kemudian dikumpul lagi sesuai waktu ditentukan,” jelasnya, seraya mengatakan untuk ketersediaan sinyal selular juga baru beberapa tahun saja ada.
Ibu dari dua anak, Nur Wirda Atila dan Fatimah Nazihah ini menyadari bahwa statusnya sebagai guru honor belum pasti bisa ikut tes CPNS.