Demo Tolak UU Cipta Kerja
Mahasiswa UGM Dipaksa Mengaku sebagai Provokator, 'Kepala Muka Saya Dipukuli sampai Kacamata Patah'
Terungkap fakta kekejaman polisi, Mahasiswa UGM dipaksa mengaku sebagai provokator, sampai kepala wajah dipukuli hingga ganggang kacamata patah
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, YOGYAKARTA - Aksi unjuk rasa mahasiswa, buruh dan masyarakat berujung rusuh dan terjadi perbuatan anarkis baik dari pendemo dan aparat kepolisian.
Sejumlah pendemo mengalami perlakukan dan penganiayaan seperti yang dialami seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinisial ARN (20) ini.
ARN mengaku mengalami tindakan kekerasan saat mengikuti demo menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis (8/10/2020).
“Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul, sampai gagang kacamata saya patah,” kata ARN melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan, Minggu (11/10/2020).
• Organisasi Kemahasiswaan Kalsel Khawatir Aturan Bank Tanah UU Cipta Kerja Pertajam Konflik Agraria
• DAFTAR Anggota DPR, Kepala Daera Hingga Tokoh Masyarakat yang Tolak UU Cipta Kerja
• Satu-satunya Mahasiswi yang Ditangkap Saat Demo Tolak UU Cipta Kerja Berpangkat Jenderal Lapangan
Dalam keterangan tertulis tersebut, Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi disebut sempat menjenguk ARN di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta, Jumat.
Saat itu, selang infus dan oksigen masih terpasang di tubuh ARN.
Dirinya mengaku masih merasa sesak napas akibat tendangan.
Wajahnya juga lebam karena terkena pukulan.
ARN bercerita, saat demo berlangsung, dirinya datang terlambat.
Ia menyusul kawan lain yang sudah jalan dari bundaran UGM menggunakan sepeda motor.
ARN membawa dua kardus air minum yang akan dibagikan kepada rekannya.
Selanjutnya, ARN berada di baris depan bersama demonstran lainnya.
Ketika dia berada tepat di depan Gedung DPRD, tiba-tiba kembali terjadi kericuhan akibat aparat terprovokasi oleh demonstran.
“Empat personel diganggu massa, saya yakin anak SMA atau SMK. Satu personel terprovokasi, kebetulan posisi saya pas di belakang personel itu. Mulai bentrok dan ricuh, saya ikut mundur bersama polisi, saya masuk ke aula DPRD,” kata ARN.

Saat berlindung, ARN didatangi oleh salah satu aparat dan mulai diinterogasi.