Kontroversi Kartun Nabi

Karyawan di Charlie Hebdo Tak Sejalan dengan Pimpinannya untuk Hina Nabi Muhammad

Fakta kartun nabi, kayawan di media Charlie Hebdo sebenarnya tak sejalan dengan pimpinannya untuk Hina Nabi Muhammad dan Mengolok-olok Islam

Editor: Didik Triomarsidi
AP/Eric Gaillard
Presiden Perancis Emmanuel Macron (tengah, bermasker hitam) menemui tentara setelah serangan pisau di gereja Notre-Dame di Nice, Perancis selatan, Kamis, 29 Oktober 2020. 

Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, PARIS - Media satir Perancis, Charlie Hebdo tidak akan pernah berhenti mengolok-olok ekstremisme Islam.

Padahal selalu menjadi ditarget, diancam dan dibom berulang kali, bahkan pernah diserang dan menewaskan belasan anggota karyawannya,.

Banyak kritikus media di seluruh dunia mengatakan karyawan editorial Charlie Hebdo sebenarnya telah menyerang Islam itu sendiri; orang-orang yang bekerja pada Charlie Hebdo mengatakan mereka mengkritik intoleransi, penindasan dan bentuk politis dari Islam yang mengancam demokrasi.

Namun, dengan kebebasan berekspresi sebagai kredo, publikasi secara rutin itu telah mendorong batas-batas hukum ujaran kebencian di Perancis dengan seringkali karikatur seksual eksplisitnya menyinggung hampir setiap orang.

Baca juga: Buntut Kartun Nabi, MUI Ajak Umat Islam Indonesia Boikot Semua Produk asal Perancis

Baca juga: Setelah 14 Tembakan, Polisi Baru Bisa Lumpuhkan Pemenggal Wanita Perancis, Buntut Kartun Nabi

Baca juga: Satu Wanita Dipenggal, 2 Lainnya Tewas Diserang di Perancis, Terkait Kartun Nabi Muhammad?

Keputusan media itu mempublikasikan kartun-kartun baru pekan ini yang menghina lawan mereka dari dunia Islam melatarbelakangi serangan yang baru-baru ini terjadi di Perancis pada Kamis lalu, di mana 3 orang tewas secara brutal di gereja.

Charlie Hebdo telah mengkritik satir atas meninggalnya anak-anak para migran, korban virus corona, pecandu narkoba yang sekarat, para pemimpin dunia, neo-Nazi, Paus, uskup, pemimpin Yahudi, tokoh agama, politik serta hiburan lainnya.

Edisi pekan ini, mereka menampilkan kartun pemakaman seorang guru yang dipenggal, menunjukkan petugas yang membawa dua peti mati, satu untuk bagian tubuh, dan lainnya untuk bagian kepala.

Sejak sidang dibuka bulan lalu atas serangan 2015 yang menewaskan 12 kartunis Charlie Hebdo, media satir itu menghabiskan hampir setengah dari sampul mingguannya untuk mengejek ekstremisme Islam.

“Kami membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apapun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Perancis dari latar belakang imigran.

Karena Perancis tidak terbagi antara Muslim dan non-Muslim, antara beriman dan tidak beriman, antara orang-orang dengan akar Perancis dan orang-orang Perancis dari latar belakang imigran," tulis editor Charlie Hebdo, Riss dalam editorial pekan ini dikutip Associated Press (AP).

"Tidak, Perancis terbagi antara demokrat dan anti-demokrat."

Sirkulasi media itu kecil dan banyak orang Perancis sendiri mengatakan tempat itu menjijikkan atau esktrem namun membela hak mereka untuk tetap ada.

Media Charlie Hebdo menimbulkan amarah umat Islam setelah mencetak ulang karikatur Nabi besar umat Islam, Muhammad Saw yang awalnya diterbitkan majalah Denmark tahun 2005.

Kartun itu dipandang sebagai bentuk penghinaan terhadap Islam dan banyak muslim di seluruh dunia merasa benar-benar terluka namun mengutuk keras kekerasan yang datang sebagai respons atas penerbitan kartun itu.

Pada tahun 2011 kantor Charlie Hebdo dibom setelah menerbitkan edisi 'lelucon' yang 'mengundang' sang Nabi untuk menjadi editor tamu dengan karikatur di sampul majalah itu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved