Penanganan Covid 19
Respon Tim Pakar Covid-19 ULM, Tanggapi Munculnya Wacana Belajar Tatap Muka Tahun 2021
pemerintah daerah mempertimbangkan untuk membuka kembali sekolah-sekolah sebagai lokasi belajar tatap muka di awal Tahun 2021 mendatang.
Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Melalui surat keputusan bersama (SKB) Empat Menteri, Pemerintah Pusat menyerahkan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk menentukan kapan pelaksanaan pebelajaran tatap muka kembali dilaksanakan.
Tak sedikit pemerintah daerah yang mempertimbangkan untuk membuka kembali sekolah-sekolah sebagai lokasi belajar tatap muka di awal Tahun 2021 mendatang.
Namun, wacana ini menurut Anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Bidang Antropologi, Nasrullah, S.Sos.I., M.A dari FKIP hendaknya direspon secara hati-hati.
Sebab kata dia, jika tidak hati-hati justru bisa menimbulkan klaster keluarga yang disebabkan transmisi Covid-19 sesama pelajar.
Baca juga: Tunjang Belajar Tatap Muka, BPBD Tapin Bagikan Elektrik Sprayer dan Cairan Disinfektan untuk Sekolah
Baca juga: Disdik Tanbu Berlakukan Sekolah Belajar Tatap Muka pada 2021, Begini Sorotan Anggota Dewan Tanbu
Baca juga: VIDEO Jika Zona Merah, Disdikbud Kalsel Tegas Tak Akan Rekomendasikan SMA/SMK Belajar Tatap Muka
Apalagi risiko tertular Covid-19 khususnya dari orang tanpa gejala (OTG) sulit dideteksi dan tak hanya bisa terjadi selama aktivitas di sekolah tetapi juga saat perjalanan pulang pergi dari rumah ke sekolah dan sebaliknya.
"Jika imunitas anak-anak sekolah memang kuat, tapi bagaimana dengan orang tua, atau paman dan bibi hingga kakek nenek mereka di rumah," kata Nasrullah kepada Banjarmasinpost.co.id, Selasa (15/12/2020).
Ia skeptis pada konsistensi pelaksanaan protokol kesehatan khususnya terkait menjaga jarak aman di sekolah ketika di masa istirahat.
Karena itu menurut Nasrullah, baik pemerintah pusat maupun daerah perlu melihat dengan jernih dan lebih teliti atas faktor-faktor risiko-risiko yang mungkin muncul dan belum diantisipasi.
"Bahkan saya mendengar sekolah akan melakukan polling terhadap orang tua siswa untuk melihat aspirasi mereka, saya kira itupun kurang tepat," lanjut Nasrullah.
Menurutnya, keputusan untuk melaksanakan kembali pembelajaran tatap muka di sekolah atau perguruan tinggi harus memperhatikan indikator-indikator riil.
Aspek geografis yaitu terkait lokasi sekolah dinilainya menjadi pertimbangan, dimana sekolah di pedesaan yang lokasinya jauh dari mobilitas dan keramaian bisa dipertimbangkan untuk dibuka lebih dulu.
Kedua, terkait asal siswa atau pelajar. Meskipun sekolah dianggap jauh dari akses keramaian, namun tetap ada risiko transmisi Covid-19 jika ada sebagian peserta didiknya yang berasal dari kawasan padat apalagi di kawasan dengan kategori penularan tinggi.
"Jangan-jangan justru pembawa virus yang menjangkiti teman-teman atau gurunya dan kemudian dibawa ke rumah teman yang lain," kata Nasrullah.
Baca juga: Orangtua Murid di Tanahbumbu Bikin Surat Pernyataan Agar Anaknya Bisa Belajar Tatap Muka di 2021
Ketiga, terkait jumlah siswa di dalam kelas. Ia menyarankan sekolah-sekolah yang memenuhi kriteria jauh dari keramaian dan siswanya tak berasal dari zona rawan serta jumlahnya tidak terlalu banyak bisa dipertimbangkan untuk dibuka lebih dulu.