Berita Kalsel
Rakor Persiapan PPKM, Anggota Tim Pakar Covid-19 ULM Beri Masukan Ini ke Pemprov Kalsel
Selama penerapan PPKM, Pemprov Kalsel dan Satgas Covid-19 Kalsel disarankan perlu menggiatkan upaya tracing, testing dan treatment (3T)
Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Dr dr Syamsul Arifin menjadi satu dari sederet pihak yang mengikuti rakor pembahasan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh Pemprov Kalsel, Minggu (10/1/2020).
Syamsul yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Kesehatan ini menyampaikan beberapa saran atas rencana penerapan PPKM di wilayah Provinsi Kalsel.
Menurutnya, selama penerapan PPKM yang rencananya dilaksanakan 11-25 Januari 2021 ini, Pemerintah dan Satgas Penanganan Covid-19 Kalsel perlu menggiatkan upaya tracing, testing dan treatment (3T).
Terutama, pada aspek tracing dan testing.
Baca juga: Warga Mengungsi ke Bangunan SD, Jalan Melati dan Jalan Cempaka Martapura Kembali Tergenang Banjir
Baca juga: 8 Pendaki Gunung Lok Sajukung Kalimantan Selatan Ditemukan Kedinginan Hingga Hipotermia
Baca juga: Dinas Sosial Tanahlaut Dirikan Dapur Umum, Banjir Makin Meluas di Desa Gunungraja dan Desa Benuaraya
"Selama pengetatan bukan berarti pemerintah diam, tapi harus lebih aktif khususnya dalam melakukan testing minimal rapid test antigen," kata Syamsul.
Begitu juga pada aspek tracing, dimana menurut Syamsul skor angka rasio tracing di Kalsel masih sangat jauh tertinggal dibanding upaya tracing rata-rata di Kalimantan.
"Berdasar data yang saya dapat 7 Januari, Kalsel masih di kisaran 0,4 sampai 0,6. Padahal rata-rata Kalimantan sudah 3, apalagi kalau melihat standar WHO malah 30. Jadi harus dilacak terus," lanjutnya.
Selain itu, aspek tracing kata dia juga otomatis berkaitan terkait isolasi.
Dimana Ia menilai pengawasan terhadap isolasi pasien Covid-19 khususnya yang tanpa gejala dan menjalani isolasi mandiri harus diperkuat.
Pasalnya, ada risiko munculnya klaster-klaster keluarga jika penerapan dan pemahaman atas prinsip-prinsip isolasi mandiri tak dipahami dengan benar.
Sedangkan terkait aspek treatment, Kalsel menurutnya masih tergolong cukup baik karena rasio kesembuhan sekitar 90 persen lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
Selain itu, Ia juga menyarankan kepada Pemerintah dan Satgas Penanganan Covid-19 dibantu aparat untuk bisa lebih efektif mencegah terjadinya kerumunan.
Salah satu caranya dengan memberlakukan pemeriksaan rapid test antigen acak terhadap orang-orang yang membentuk kerumunan.
(banjarmasinpost.co.id/Achmad Maudhody)
