Berita Regional
Warga Histeris dan Panik, Gelombang Tinggi Mirip Tsunami Terjang Pantai di Manado, BMKG Sebut Ini
Akibat tingginya gelombang pasang itu, air laut diketahui masuk hingga ke jalan raya dan merendam parkiran mal serta pertokoan.
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Gelombang tinggi hingga menyebabkan banjir melanda pesisir Kota Manado, Sulawesi Utara pada Minggu (17/1/2021).
Sejumlah video dan foto-foto yang merekam peristiwa tersebut viral di media sosial.
Berdasarkan analisis gelombang diketahui arah gelombang tegak lurus dengan garis pantai sehingga dapat memicu naiknya air ke wilayah pesisir.
Akibat tingginya gelombang pasang itu, air laut diketahui masuk hingga ke jalan raya dan merendam parkiran mal serta pertokoan.
Baca juga: BMKG Prakiraan Cuaca 33 Kota Selasa, 19 Januari 2021: Waspada Banjarmasin Pagi & Siang Hujan Petir!
Baca juga: Saham ANTM Terjun Bebas, Gara-gara Divonis Bayar Ganti Rugi Emas 1,1 Ton ke Pengusaha
Baca juga: Pengawal Rizieq Disebut-sebut Tertawa-tawa Saat Bentrok dengan Polisi, FPI: Simpulkan Voice Note
Menurut keterangan sejumlah warga di kawasan tersebut terlihat panik saat air mulai tinggi.
Beruntung saat kejadian itu tidak ada korban jiwa.
Kesaksian warga
Karyawan Ace Hardware Mantos, Ivana mengatakan, gelombang tinggi di pantai itu sudah terjadi sejak sore hari.
Namun, karena saat itu air belum sampai meluap ke jalan dan pertokoan, para pengunjung tak mempedulikannya.
Semakin malam, air tersebut diketahui mulai masuk dan kian meninggi. Mengetahui hal itu, para pengunjung histeris dan mulai panik ingin menyelamatkan kendaraannya.
"Ini yang bikin panik pengunjung, karena sudah banyak air di pintu masuk, jadi banyak yang keluar ke parkiran," kata dia dilansir dari Tribun Manado.
Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Firdaus, Sonny Broo mengatakan, akibat terjangan gelombang tinggi itu sebanyak enam perahu nelayan rusak parah.
Bahkan, beberapa perahu diketahui hingga terseret di parkiran tempat makan.
Gelombang tinggi tersebut, kata dia, jarang terjadi di pantai tersebut.
“Seingat saya, sejak 1974, baru sekarang ini yang paling parah," kata Sonny.
"Ombak sudah bisa lebih dari empat meter tingginya. Beberapa perahu kami rusak ringan dan masih bisa diperbaiki dengan biaya Rp 600.000, tapi enam yang rusak itu sudah tidak terselamatkan,” jelasnya.
Penjelasan BMKG
Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle mengatakan, penyebab gelombang tinggi tersebut akibat pengaruh cuaca ekstrem di wilayah tersebut.
"Salah satu penyebab utama gelombang yaitu oleh pengaruh angin yang kencang. Ditambah gelombang laut yang tinggi sehingga gelombang yang datang ke bibir pantai akan lebih signifikan dan terbawa ke tepi pantai," terangnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu.
Pada saat terjadi gelombang tinggi itu, BMKG mencatat kecepatan angin berkisar 15-30 knot atau setara 30-60 kilometer per jam..
Sementara itu Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, Ricky Daniel Aror menambahkan, peringatan dini gelombang tinggi sudah dikeluarkan BMKG untuk dua hari kedepan.
Sedikitnya ada lima wilayah yang berpotensi diterjang gelombang tinggi 2,5 sampai 4 meter di wilayah Sulawesi Utara.
"Yakni laut Sulawesi bagian timur, perairan Kepulauan Sangihe, perairan Kepulauan Talaud, sebelah barat perairan Kepulauan Sitaro, dan laut Maluku bagian utara," ujarnya seperti dikutip dari rilis.
Sedangkan gelombang 1,25 sampai 2,5 meter berpotensi terjadi di perairan utara Sulut, perairan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, laut Maluku, dan laut Sulawesi.
