Berita Tanahlaut
Elpiji Melon Masih Melambung di Pelaihari, Begini Kegundahan Warga
Sejumlah warga Pelaihari mengeluhkan mahalnya harga gas elpji subsidi atau yang kerap disebut gas melon tersebut
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Sejak tersendatnya arus keluar masuk ke Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), ketersediaan liquified petroleum gas (LPG) kemasan tiga kilogram turut seret.
Hukum ekonomi pun terjadi.
Harga elpiji subsidi tersebut menanjak dan terus menanjak.
Maklum, kebutuhan tetap sedangkan stok barangnya susut drastis.
Sejumlah warga Pelaihari mengeluhkan mahalnya harga gas elpji subsidi atau yang kerap disebut gas melon tersebut di warung-warung ecera.
• JADWAL 1 Ramadhan 2021, Simak Versi Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Perkiraan UEA
• Wanita Misterius Rela Melayani Nafsu Perampok di SPBU, Hal Mengejutkan Terjadi saat Polisi Tiba
• MENAKER Ragu BLT Subsidi Gaji Cair Tahun Ini, Ida Fauziah: di APBN 2021 BSU Tidak Dialokasikan
Itu pun barangnya saat ini sering kosong.
"Kemarin itu saya dapat yang harganya Rp 40 ribu. Mahal sekali, tapi namanya perlu ya tetap dibeli," ucap Yuana, warga Angsau, Pelaihari, Senin (1/2/2021).
Senada diutarakan Abadi.
Pedagang makanan keliling ini mengaku pusing memikirkan harga elpiji melon yang begitu mahal.
"Saya malah Rp 45 ribu belinya di eceran. Masih untung dapat," sebutnya.
Kedua warga Pelaihari itu berharap pemerintah turun tangan dan kembali menggencarkan operasi pasar gas melon.
"Ada dengar mulai ada lagi operasi pasarnya. Di kota belum kayaknya ya atau sudah tapi saya gak tahu,. Dipersering lah kalau bisa," ucap Abadi.
Lebih dari itu ia berharap pengerjaan jembatan permanen di Pabahanan segera terealisasi.
Pasalnya melambungnya harga elpiji melon saat ini terdampak masih tersendatnya lalu lintas keluar masuk ke Pelaihari.
Apalagi jalur altermatif Atilam-Kunyit juga dibatasi hanya untuk mobil kecil/sedang.
Sementara itu Misbahkhul, warga Pabahanan, mengaku terpaksa beralih ke gas elpiji kemasan 5,5 kilogram.
Ia pun merasa lega karena tak perlu bingung lagi mencari barang kebutuhan pokok tersebut.
Ia menuturkan harga per tabung Rp 75 ribu dan baginya tahan hingga sebulan.
"Coba kalau masih bertahan pakai yang melon, paling seminggu sudah habis. Sementara harganya mahal banget sekarang," sebutnya.
Pantauan banjarmasinpost.co.id, sejak beberapa hari lalu Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Perdagangan (Diskopdag) Tala mulai menggelar operasi pasar elpiji melon.
Sasarannya masih di perdesaan di pinggiran kota.
(Banjarmasinpost.co.id/roy)
