Berita HST
Pupuk Langka, Petani di HST Berharap Harga Bersubsidi Kembali Normal
Mahalnya harga pupuk bersubsidi yang diterima petani, juga disertai sulitnya mendapatkan pasokannya dari distributor
Penulis: Hanani | Editor: Edi Nugroho
Editor: Edi Nugroho
BANJARMAISNPOST.CO.ID, BARABAI- Mahalnya harga pupuk bersubsidi yang diterima petani, juga disertai sulitnya mendapatkan pasokannya dari distributor.
M Gazali, Pengelola Pupuk Bersubsidi di Asam Pauh Desa Bakti, Kecamatan Aluan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyatakan, kelangkaan pupuk terjadi sejak mulai musim tanam pertama, yaitu antara Nopember-Desember 2020 lalu. Saat itu, harganya pun naik hampir 100 persen.
“Sekarang menjelang musim tanam kedua, harga masih belum normal. Bahkan masih sulit dicari di tepat penyalur-penyalur. Semua harga naik, baik pupuk bersubsidi maupun non subsisi,”kata GAzali. Menghadapi kondisi tersebut, petanipun hanya bisa berharap, pemerintah agar berupaya mengembalikan stok dan harga pupuk agar kembali normal seperti biasa.
“Kami para petani ingin meningkatkan produksi pangan, khususnya komoditas padi sesuai harapan pemerintah, agar sennatiasa surplus pangan.Tapi kami tidak mendapatkan dukungan kemudahan sarana pendukung, baik pupuk maupun obat pembasmi hama. Sekarang mendapatkan pupuk cukup sulit,”ungkap Gazali.
Baca juga: Beraksi di Area Perkebunan Sawit PT MSM Kalteng, Pria Kotim Ini Kepergok Curi Pupuk
Baca juga: Petani di HST Keluhkan Harga Pupuk, Melonjak Pasca Banjir
Baca juga: Angkut Pupuk, Truk Ini Terbalik saat Naik LCT di Pelabuhan Martapura Baru Banjarmasin
Baca juga: Angkut Pupuk, Truk Ini Terbalik saat Naik LCT di Pelabuhan Martapura Baru Banjarmasin
Sebagian besar wilayah di Kecamatan Batubenawa, HST seperti Desa Aluan, yang terdiri Aluan Bakti, ALuan Besar, ALuan Sumur merupakan lumbung pangan, selain di Kecamatan PAndawan, Labuanamas Selatan, Labuanamas Utara dan kecamatan lainnya.
Beradarkan data DInas Pertanian di HST banjir bandang telah merusak 5.000 hektare tanaman padi di HST hingga gagal panen.
Namun, sebagian padi yang terendam berhasil dipulihkan, sehingga bisa panen. NAmun, kini petani menghadapi harga gabah yang anjlok dikisaran Rp 4.100-Rp 4.300 per kilogram. Adapun harga pupuk Urea dari Rp 97.000 menjadi Rp 115 ribu dan TSP dari harga Rp 105 menjadi Rp 135.000.
Mengenai kelangkaan dan harga pupuk, Plt Kepala Dinas Pertanian HST Misrani sebelumny amenjelaskan, harga pupuk secara nasional Harga Eceran Tertinggi (HET) nya mengalami kenaikan. Selain itu alokasi atau kouta yang diberikan ke daerah juga sedikit sehingga tak cukup memenuhi kebutuhan petani di HST.
“Soal usul, bisa ke RDKK, tai masalahnya ketersediaan pupuknya terbatas,”kata MIsradi. (banjarmasinpost.co.id/hanani)
