Pertemuan Pemimpian ASEAN

Pemimpin Negara di ASEAN Desak Stop Kekerasan di Myanmar, Begini 5 Poin Kesepakatan

Salah satu bahasan dalam ASEAN Leaders Meeting (ALM) atau disebut juga Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, adalah krisis politik di Myanmar

Lillian SUWANRUMPHA / AFP
Seorang migran Myanmar memegang poster dengan gambar Kepala Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima angkatan bersenjata Myanmar, yang memimpin kudeta. Pemimpin Negara di ASEAN Desak Stop Kekerasan di Myanmar, Begini 5 Poin Kesepakatan 

Editor : Anjar Wulandari

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kondisi Myanmar yang kaos pascakudeta militer setempat memantik perhatian para pemimpin negara-negara di ASEAN.

Karena itu, salah satu bahasan dalam pertemuan pemimpin ASEAN atau ASEAN Leaders Meeting (ALM) atau disebut juga Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, adalah soal solusi bagi krisis politik di Myanmar.

Dalam pertemuan pada Sabtu (24/4/2021) di Jakarta itu, para pemimpin ASEAN pun telah mencapai lima kesepakatan bersama.

Baca juga: 9 Pemimpin Negara Hadiri ASEAN Leaders Meeting di Jakarta, Kondisi Myanmar Jadi Bahasan

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar Min Aung Hlaing Bakal Hadiri Pertemuan ASEAN di Jakarta Pekan Depan

Ketua ASEAN, Sultan Hassanal Bolkiah dalam keterangan tertulis kepada media pada Sabtu, menyampaikan hasil kesepakatan para pemimpin negara di ASEAN itu.

"Mengenai situasi di Myanmar, para pemimpin mencapai konsensus sebagai berikut, pertama, kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya," ujar Sultan Hassan.

Kedua, para pemimpin sepakat agar diadakan dialog konstruktif di antara semua pihak yang berkepentingan di Myanmar.

Dialog itu perlu segera dimulai untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat.

Ketiga, para pemimpin sepakat mengirimkan utusan khusus Ketua ASEAN yang akan memfasilitasi mediasi dan proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.

Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Myanmar melalui AHA Centre.

Kelima, utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.

Sultan Hassan melanjutkan, sebagai keluarga ASEAN, para pemimpin telah berdiskusi secara mendalam tentang perkembangan terkini di Myanmar.

"Kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas situasi di negara tersebut, termasuk laporan korban jiwa dan eskalasi kekerasan," katanya.

Baca juga: KUNCI Jawaban Ujian Tengah Semester PKn Kelas 6 SD: Kolaborasi Negara ASEAN

Baca juga: Terlanjur Tiba di Soekarno-Hatta, 32 WN India Bakal Dipulangkan ke Negaranya

"Kami juga mendengar seruan pembebasan semua tahanan politik termasuk orang asing," tambah Sultan Hassan.

Diberitakan, para pemimpin dan perwakilan negara-negara ASEAN mengikuti jalannya ALM yang digelar di gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, pada Sabtu.

ALM kali ini terselenggara atas undangan Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, selaku Ketua ASEAN.

Sebelumnya, Indonesia menginisiasi ALM ini untuk membahas dan mencapai kesepakatan serta solusi yang baik bagi rakyat Myanmar.

Selain dihadiri oleh Sultan Hassanal Bolkiah dan Presiden Joko Widodo, sejumlah pemimpin atau perwakilan dari negara-negara ASEAN hadir dalam pertemuan tersebut.

Tampak dalam pertemuan ialah Perdana Menteri Vietnam Phm Minh Chính, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Kemudian, Menteri Luar Negeri Filipina sebagai Utusan Khusus Filipina Teodoro L. Locsin Jr., Menteri Luar Negeri Thailand sebagai Utusan Khusus Thailand Don Pramudwinai, Menteri Luar Negeri Laos sebagai Utusan Khusus Laos Saleumxay Kommasith serta Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing turut hadir dalam ALM kali ini.

Kudeta Myanmar terjadi sejak 1 Februari ketika militer menggulingkan kekuasaan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Pedemo membawa kardus dan kertas bertuliskan tuntutan untuk membebaskan Aung San Suu Kyi, di Yangon, Myanmar, pada Selasa (9/2/2021) dalam demi anti-kudeta.
Pedemo membawa kardus dan kertas bertuliskan tuntutan untuk membebaskan Aung San Suu Kyi, di Yangon, Myanmar, pada Selasa (9/2/2021) dalam demi anti-kudeta. (STR/AP PHOTO)

Sedikitnya 737 warga sipil tewas dalam demo Myanmar untuk menentang kudeta yang berujung ricuh.

Sejak kudeta tersebut, lebih dari 3.100 orang ditahan.

Sebagian besar dari mereka adalah demonstran dan aktivis anti-kudeta, menurut kelompok pemantau lokal, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Baca juga: Tetap Waspada dan Terapkan Prokes Ketat, Meski Pandemi Covid-19 di Indonesia Membaik

Baca juga: Kata Bule Ganteng Lihat Foto Ayu Ting Ting dan Nagita Slavina, Senyum Istri Raffi Ahmad Disorot

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "ASEAN Desak Penghentian Kekerasan di Myanmar, Ini 5 Kesepakatan di KTT",

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved