Ekonomi dan Bisnis
Petani Kalsel Berharap Harga Karet Tetap Tinggi, Kini di Kisaran Rp 8 Ribu Per Kg
Harga karet K3 100 persen antara Rp 20.000-Rp 21.000 per kg, di tingkat petani Kalsel menjadi Rp 8.200 hingga Rp 9.200 per kg, tergantung kadar airnya
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Seorang petani karet di Desa Sungai Alang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, bersyukur harga karet masih stabil tinggi.
"Heran juga saya. Dulu sempat Rp 4.000 per kilogram. Sekarang harga sebelum Ramadan dan sampai Ramadan ini, stabil di angka Rp 8.000 sampai Rp 9.000," kata dia kepada Banjarmasinpost.co.id, Kamis (29/4/2021).
Karena itu, dia sebagai petani berterimakasih kepada pemerintah dan pihak terkait yang sudah bisa menstabilkan harga sesuai dengan petani.
"Harapan kami, harga karet yang stabil ini bisa terjaga seterusnya," kata Rifki yang mengaku dalam dua hari bisa hasilkan 40 kilogram karet.
Baca juga: Dua Bulan Harga Karet di Kabupaten HST Sempat Naik, Kini Turun Lagi
Ya, petani karet di Provinsi Kalsel cukup merasa senang. Dikarenakan, harga karet yang terus membaik.
Bahkan pekan ini, kenaikan harga pada K3 100 persen antara Rp 20.000-Rp 21.000. Sedangkan harga di tingkat petani menjadi Rp 8.200 hingga Rp 9.200, tergantung Kadar Karet Kering (K3) yang dihasilkan.
Beragam hal jadi pemicu kenaikan harga karet saat ini. Di antaranya, ekonomi dunia yang membaik telah mendorong perbaikan sales otomotif.
Juga, berkurangnya pasokan karet dunia akibat penyakit gugur daun dan serangan penyakit bercak daun (pestalotiopsis), spekulan karet serta pemanfaatan karet untuk pembangunan jalan (aspal karet).
Baca juga: Mataraman-Astambul Masih Dihubungkan Jembatan Darurat, Angkutan Karet ke Banjarmasin Terhambat
Baca juga: Kunjungi Pasar Lelang Karet, Dinas Pertanian Balangan Berinisiatif Bangun Pasar yang Layak
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan ( Disbunnak Kalsel ), Suparmi, mengatakan, pihaknya selalu berupaya dan mendorong mutu karet petani terus meningkat.
Caranya, melalui upaya memperkuat Kelembagaan Petani Karet untuk bergabung dalam Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB).
"Dengan bergabungnya petani karet ke UPPB Bokar sehingga mutu hasil karet rakyat menjadi bersih dan harga ditingkat petani menjadi meningkat," ujarnya.

Dengan cara itu, maka mutu hasil karet rakyat menjadi bersih dan harga di tingkat petani menjadi meningkat.
Sampai saat ini jumlah UPPB di Kalsel sebanyak 152 unit. Target pembentukan tahun ini sebanyak 69 unit, yaitu di Kabupaten Tabalong 17 unit, Kabupaten Balangan 3 unit, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) 5 unit, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) 2 unit, Kabupaten Tapin 5 unit, Kabupaten Banjar 5 unit, Kota Banjarbaru 1 unit, Kabupaten Tanah Laut (Tala) 20 unit, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) 5 unit, Kabupaten Kotabaru 3 unit, Kabupaten Barito Kuala (Batola) 2 unit dan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) 1 unit.
Dengan luas karet di Kalsel 273.058 hektare dan 90,05 persennya merupakan perkebunan karet rakyat, perlu didukung jumlah UPPB sebanyak 650 unit.
Untuk pemenuhannya, diperlukan dukungan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan.
Serta, dari pemerintah kabupaten wilayah perkebunan karet, antara lain Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tanbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten HST, Kabupaten Tala, Kabupaten HSS dan Kabupaten Tapin.
(Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)