Kurir Dimarahi Konsumen
Viral di Medsos, Kurir Dimarahi dan Disiram Konsumen Gegara Sistem COD
Untuk kesekian kalinya kurir barang online kembali kena apes dari konsumen. Gegara sistem COD kasus pelecehan terhadap kurir terjadi.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Untuk kesekian kalinya kurir barang online kembali kena apes dari konsumen.
Gegara sistem cash on delivery (COD) kasus pelecehan terhadap kurir terjadi lagi.
Padahal sudah jelas bukan kesalahan kurir. Apalagi dalam video terbaru ini kesalahan terjadi pada konsumen itu sendiri.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @ndorobeii, terlihat dua orang sedang memarahi kurir yang tengah mengantar barang.
Baca juga: Gambar Wajah Nassar di Kemasan BTS Meal McDonalds Viral, Parodi Dibuat Desainer Grafis Bandung
Baca juga: Viral Video Pemuda Mabuk Melawan Petugas di Loktabat KM 33 Kalsel, Akhirnya Berdamai
Si pembeli tak mau membayar barang pesanannya meski sudah dibongkar.
"Infonya Customer beli bor harga 77 ribu, saat barang datang ternyata cuma kepala bor saja. Memang tidak masuk akal sih ada bor seharga itu," tulis akun itu. "Customer beralasan dia pesan sesuai foto yang ada di katalog seller.

Dilansir kompas.com dengan judul video-viral-kurir-dimaki-dan-diguyur-air-konsumen-ylki-cod-dihapus-saja, akhirnya kurir membuka aplikasi dan di situ tertulis KEPALA BOR 77 Ribu. (Gambarnya kepala bor dengan bornya)," sambung dia.
Bahkan di akhir video, salah seorang pembeli melempar sebuah benda yang ada di atas meja hingga mengenai kurir. Bagaimana tanggapan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)?
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi berharap, sistem COD sebaiknya dihapuskan karena terjadi anomali di dalamnya.
"Sebaiknya COD dihapuskan saja karena itu hanya masa transisi dan merupakan bentuk anomali," kata Tulus saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/6/2021).
Ia menganggap sistem COD merupakan inkonsistensi untuk transaksi belanja online. Halaman Selanjutnya Sebab, pembelian barang seca
Sebab, pembelian barang secara online atau digital, tetapi metode pembayaran menggunakan mekanisme konvensional.
Baca juga: Viral di Sosmed, Pengendara Motor Macetkan Kawasan Jembatan Suramadu
"Seharusnya pembelian dengan digital, pembayaran juga dengan digital. Sudah cukup empat tahun untuk masa transisi dengan sistem COD," jelas dia.
Tulus juga menyoroti kurangnya literasi digital masyarakat sehingga muncul kesalahpahaman dalam sistem COD. Oleh karena itu, ia menilai edukasi tentang sistem COD pun tak cukup untuk mengatasi problem ini.
"Ndak cukup edukasi, Karena literasi digital masyarakat masih rendah," tutur dia.