Presiden Haiti Dibunuh
Tubuh Presiden Haiti Ditembus 12 Peluru, Sekelompok Mantan Tentara Jadi Eksekutor Telah Ditangkap
Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise mengejutkan publik dunia.Setidaknya ada 12 peluru menembus tubuh Moise saat serangan brutal terjadi
BANJARMASINPOST.CO.ID, PORT-AU-PRINCE - Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise mengejutkan publik dunia. Orang nomor satu negara termiskin di benua Amerika itu tewas di kediamannya setelah diserang sekelompok orang tak dikenal.
Setidaknya ada 12 peluru menembus tubuh Moise saat serangan brutal terjadi dan mengagetkan penghuni rumah lainnya.
Setelah peristiwa berdarah itu, kini polisi berhasil menangkap 17 tersangkanya. Ternyata mereka adalah tentara bayaran yang menyamar.
Masing-masing tersangka tersebut adalah dua warga Amerika Serikat (AS) keturunan Haiti dan 15 warga Kolombia.
Presiden Moise dibunuh sekelompok pria bersenjata di rumahnya di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pada Rabu (7/7/2021) malam waktu setempat.
Baca juga: HAITI Memanas, Presiden Jovenel Moise Tewas Dibunuh Sekelompok Orang Tak Dikenal
Baca juga: Kerja Sama Indonesia-Amerika Serikat: Mulai Dari Dukungan Vaksin Hingga Peningkatan Perdagangan
Menurut pihak berwenang, para tersangka berbicara bahasa Spanyol dan Inggris sebagaimana dilansir Yeni Safak.
Ibu negara Hait Martine Moise terluka akibat serangan itu. Dia lantas dilarikan ke rumah sakit di Miami, Florida, AS, untuk mendapatkan perawatan.
Sementara itu, Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles pada Kamis (8/7/2021) mengungkapkan para pembunuh Moise totalnya berjumlah 28 orang.
"Kami telah menangkap 15 warga Kolombia dan dua warga AS keturunan Haiti. Tiga orang tewas, sementara delapan lainnya masih buron," kata Charles dilansir kompas.com.
Kedua warga AS keturunan Haiti tersebut masing-masing bernama Joseph Vincent dan James Solages.
Duta Besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond menduga para pembunuh tersebut merupakan pembunuh profesional yang terlatih.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Kolombia Diego Molano mengatakan pada Kamis bahwa para tersangka dari Kolombia itu adalah mantan tentara.
Pihak berwenang telah meluncurkan penyelidikan tentang bagaimana para tersangka tiba di negara di Kepulauan Karibia tersebut.
Beberapa pihak menduga, ada kemungkinan kalau mereka masuk melalui perbatasan Haiti dengan Republik Dominika.
Pembunuhan Moise tersebut dikhawatirkan membuat Haiti terjerumus ke dalam krisis kepemimpinan.
Moise menjabat sebagai Presiden Haiti pada 2017. Hanya sehari sebelum kematiannya, Moise menunjuk perdana menteri baru, yang akan menjabat pekan ini.
Haiti dijadwalkan mengadakan pemilihan presiden dan legislatif pada 26 September.
* Fakta Baru Pembunuhan Presiden Haiti, Ditembak 12 Kali
Fakta terbaru mengenai pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise muncul ke permukaan.
Dilansir dari kompas.com, fakta tersebut adalah ditemukannya 12 butir peluru kaliber besar yang bersarang di jenazah sang presiden.
Pernyataan tersebut disampaikan Hakim Haiti Carl Henry Destin kepada surat kabar Haiti Le Nouvelliste.
“Kantor dan kamar tidur presiden digeledah. Kami menemukan jenazahnya telentang, celana biru, kemeja putih berlumuran darah, mulutnya terbuka, mata kirinya pecah," kata Nouvelliste.
"Kami melihat ada peluru yang mengenai dahinya, satu di setiap puting, tiga di pinggul, satu di perut," ungkap hakim.
Diberitakan sebelumnya, Moise dibunuh sekelompok pria bersenjata di rumahnya. Ibu Negara Haiti Martine Moise mengalami luka akibat serangan itu.
Martine Moise lantas diterbangkan ke Miami, Florida, Amerika Serikat (AS), untuk menjalani operasi sebagaimana dilansir New York Post.
Baca juga: Amerika Serikat Bakal Sumbangkan 4 Juta Vaksin Moderna ke Indonesia, Dikirim Melalui Covax
Baca juga: Salmafina Putri Sunan Kalijaga Datangi Calon Mertua di Amerika Serikat, Tony Carnevale Ajak Menikah
Salah satu dari tiga anak Moise, Jomarlie Jovenel Moise, juga ada di rumah pada saat itu.
Namun dia bersembunyi di kamar tidur saudara laki-lakinya hingga selamat dari para pembunuh.
Sedangkan anak laki-laki Moise diikat bersama seorang pembantu.
“Banyak kotak peluru (kaliber) 5,56 dan 7,62 mm ditemukan di antara gerbang dan bagian dalam kediaman,” kata Destin.
Pada Rabu malam, beberapa saat setelah pembunuhan Moise, Polisi Nasional terlibat baku tembak dengan para tersangka pembunuhan Moise.
Polisi mengatakan, mereka telah membunuh empat tersangka dan menangkap dua lainnya.
Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, menduga bahwa para pembunuh Moise merupakan tentara bayaran profesional.
Mereka menyamar sebagai agen pemberantasan narkoba AS, Drug Enforcement Administration (DEA) ketika melakukan penyerangan ke kediaman Moise.
Kematian Moise semakin mengacaukan iklim politik negara di wilayah Kepulauan Karibia tersebut.
Banyak orang khawatir pembunuhan tersebut semakin meningkatkan kekerasan yang melanda negara termiskin di Benua Amerika itu.
Pakar Haiti di University of Miami Irwin Stotzky tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di Haiti selanjutnya.
“Haiti menghadapi lebih banyak kekerasan dan kematian dan kegagalan sebagai negara demokratis daripada sebelumnya, yang sulit dibayangkan mengingat sejarahnya baru-baru ini dan kacau,” ujar Stotzky. (*)
