Bom di Kabul
Pesawat Tak Berawak Amerika Serang ISIS, Balas Bom di Kabul yang Tewaskan 13 Tentara AS
Pesawat tak berawak AS serang ISIS. Serangan ini disebutkan sengaja menargetkan kelompok Islamic State atau ISIS di Afghanistan pada Sabtu (28/8/2021)
BANJARMASINPOST.CO.ID, WASHINGTON - Bom bunuh diri di Bandara Kabul beberapa waktu lalu langsung direspons Amerika Serikat (AS).
Pesawat tak berawak AS serang ISIS. Serangan ini disebutkan sengaja menargetkan kelompok Islamic State atau ISIS di Afghanistan pada Sabtu (28/8/2021).
Kelompok militan ISIS sebelumnya memang mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Bandara Kabul yang menewaskan setidaknya 60 orang dan ratusan lainnya terluka. Bahkan 13 tentara AS juga ikut tewas.
Dikutip Channel News Asia, pasukan militer AS yang mengawasi evakuasi telah dipaksa bekerja sama keamanan dengan Taliban untuk mencegah terulangnya bom bunuh diri yang menewaskan puluhan warga sipil yang berkerumun di sekitar salah satu gerbang akses utama bandara Kabul.
Baca juga: Taliban Siap Kendali Penuh Bandara Kabul, Turki Ragukan Keamanan
Baca juga: Inilah Kelompok ISIS-K, Militan Pelaku Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul Ternyata Musuh Taliban
Serangan bom bunuh diri itu diklaim dilakukan cabang ISIS di Afghanistan. Pentagon mengumumkan telah melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap "perencana" dari kelompok jihad di Afghanistan timur.
"Indikasi awal adalah bahwa kami membunuh target," kata Kapten Bill Urban dari Komando Pusat, dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Balas Bom Bunuh Diri, AS Serang Kelompok ISIS di Afghanistan dengan Pesawat tak Berawak.
Dengan tenggat waktu evakuasi yang tinggal beberapa hari lagi, lebih dari 5.000 orang masih berada di dalam bandara Kabul menunggu evakuasi, dan ribuan lainnya terus memadati gerbang perimeter memohon masuk.
Serangan bom bunuh diri pada Kamis lalu itu hanya menyuntikkan stres dan ketegangan lebih lanjut ke dalam situasi yang sudah penuh kepanikan dan keputusasaan bagi mereka yang ingin pergi.
Selain itu juga berisiko tinggi bagi pasukan AS yang ditugaskan untuk mengamankan operasi tersebut.
Amerika Serikat mengeluarkan peringatan baru bagi warga AS untuk meninggalkan daerah di sekitar gerbang utama "segera".
Peringatan itu datang hanya beberapa jam setelah Pentagon mengatakan operasi evakuasi terus menghadapi ancaman "spesifik dan kredibel".

"Kami tentu siap dan mengharapkan upaya di masa depan, tentu saja," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan.
Pentagon mengklarifikasi bahwa ada satu ledakan pada Kamis, bukan dua seperti yang diyakini sebelumnya.
Di Gedung Putih, sekretaris pers Presiden Joe Biden Jen Psaki mengatakan, para pakar keamanan nasional AS menganggap akan ada kemungkinan serangan lain dan beberapa hari ke depan akan menjadi periode paling berbahaya hingga saat ini.
Dalam salah satu ironi yang lebih besar setelah dua dekade perang, berpacu untuk memenuhi tenggat waktu 31 Agustus untuk penarikan AS berarti kerja sama yang erat dengan Taliban dalam evakuasi pengungsi dan ancaman ISIS.