Konflik Israel Palestina

Empat Warga Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Tepi Barat, Jalur Gaza Kembali Memanas

Konflik Israel-Palestina. Empat pria Palestina bersenjata tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan Israel, Minggu (26/9/2021)

AFP/HAZEM BADER
(ilustrasi) Pengunjuk rasa Palestina bentrok dengan pasukan Israel - Tentara Israel tembak warga Palestina Minggu (26/9/2021). Setidaknya empat warga Palestina tewas. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Konflik Israel-Palestina masih berlanjut. Di tengah ketegangan yang meningkat setelah perang 11 hari antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, bentrok berdarah kembali terjadi.

Empat pria Palestina bersenjata tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan Israel selama operasi penangkapan di daerah Jenin dan Yerusalem di Tepi Barat, pada Minggu (26/9/2021) pagi.

Namun tentara Israel mengatakan, bahwa mereka menindak kelompok militan Islam Hamas.

Sementara itu dikutip dari AP News, kekerasan yang terjadi adalah yang paling mematikan antara pasukan Israel dan gerilyawan Palestina.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua dari korban tewas diidentifikasi yakni Osama Soboh (22) dari desa Burqin, barat daya kota Jenin.

Korban lainnya adalah Ahmad Zahran dari kota Biddu, barat laut Yerusalem.

Baca juga: Inilah Vaksin Oral untuk Covid-19, Sedang Diuji Klinis Perusahaan Farmasi Israel Oravax Medical

Baca juga: Peduli Palestina, Gabungan Massa Banjarmasin Turun ke Jalan dan Kutuk Aksi Keji Israel

Sementara tiga lainnya tewas di Biddu, utara Yerusalem. Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Tentara Israel Tembak Warga Palestina di Tepi Barat, 4 Orang Tewas.

Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan keamanan Israel di Tepi Barat beroperasi melawan operasi Hamas yang akan melakukan serangan teror dalam waktu dekat.

Militer Israel mengatakan, pasukan yang terlibat dalam penangkapan di Tepi Barat diserang lantaran orang-orang bersenjata Palestina menembaki tentara Israel.

Namun, dia menolak memberikan informasi lebih lanjut.

Akibat bentrokan yang terjadi, masih belum bisa dipastikan berapa jumlah korban tewas.

Mengutip dari Aljazeera, tentara Israel dilaporkan menculik beberapa mayat warga Palestina yang dibunuhnya.

Menurut kantor berita resmi Palestina Wafa, Soboh terbunuh setelah pasukan Israel menyerbu Burqin dan mengepung salah satu rumah, yang menyebabkan baku tembak dengan tentara.

Kedua adalah Zahran, tewas dalam konfrontasi dengan tentara Israel setelah memasuki kota Beit Anan, dekat Biddu.

Seorang koresponden Al Jazeera mengatakan dua tentara Israel terluka dalam baku tembak.

Penggerebekan dan penangkapan juga dilaporkan di desa Jenin di Kufrdan dan Ya'bad.

(ilustrasi) Pengunjuk rasa Palestina bentrok dengan pasukan Israel - Tentara Israel tembak warga Palestina Minggu (26/9/2021). Setidaknya empat warga Palestina tewas.
(ilustrasi) Pengunjuk rasa Palestina bentrok dengan pasukan Israel - Tentara Israel tembak warga Palestina Minggu (26/9/2021). Setidaknya empat warga Palestina tewas. (AFP/HAZEM BADER)

Bulan lalu, tentara Israel membunuh empat warga Palestina di tempat pengungsian Jenin yang menyebabkan konfrontasi bersenjata.

Proses Perbaikan Gaza Dimulai Oktober

Sementara itu dilansir dari kompas.com, tahap pertama dari proses perbaikan di Gaza telah dimulai di Jalur Gaza, setelah empat bulan serangan mematikan Israel di Gaza Mei lalu.

Rencana rekonstruksi ditetapkan oleh kementerian perumahan dan pekerjaan umum Gaza, komite Qatar untuk rekonstruksi Gaza, dan pihak internasional lainnya.

Naji Sarhan, Wakil Sekretaris Kementerian Pekerjaan Umum Gaza, mengatakan beberapa negara telah berjanji untuk berkontribusi pada proses rekonstruksi Gaza dan setuju untuk memulai pekerjaan pada Oktober.

“Qatar menjanjikan 500 juta dollar AS (Rp 7,1 triliun) untuk membangun kembali unit-unit perumahan yang hancur dalam serangan Israel baru-baru ini,” ujarnya kepada Al Jazeera dilansir Sabtu (26/9/2021).

Sementara Mesir juga menjanjikan jumlah bantuan yang sama, dan rencananya akan digunakan untuk infrastruktur dan perbaikan jalan-jalan yang hancur.

Serangan 11 hari Israel yang menargetkan struktur dan infrastruktur sipil, menewaskan 256 warga Palestina termasuk 66 anak-anak.

Sekitar 2.000 rumah hancur, di samping 22.000 unit lainnya yang rusak sebagian. Sebagai akibatnya, puluhan ribu warga Palestina harus mengungsi.

Setidaknya empat gedung tinggi diratakan, dan 74 bangunan publik menjadi sasaran.

Menurut Sarhan, kerugian dalam perang baru-baru ini diperkirakan 497 juta dollar AS (Rp 7 triliun), dengan 600 juta dollar AS (Rp 8,5 triliun) merupakan dampak lanjutan dari perang terakhir.

“Blokade Israel-Mesir selama 14 tahun di jalur itu menimbulkan banyak hambatan pada proses rekonstruksi. Israel melarang bahan bangunan melalui penyeberangan perbatasannya, yang memperburuk keadaan hidup bagi warga Palestina di Gaza,” ujarnya.

Perjanjian rekonstruksi mencakup tiga fase, fase pertama termasuk pembangunan kembali unit perumahan oleh komite Qatar.

Rencananya 1000 unit yang hancur akan dibangun kembali, termasuk 800 unit yang mengalami kerusakan parsial.

Baca juga: Galang Dukungan untuk Palestina, Firman Salurkan Kedermawanan Masyarakat Tambu Melalui ACT Kalsel

Baca juga: Jembatan Alalak Dibuka, Rifqinizamy Karsayuda Apresiasi Perhatian Presiden Untuk Masyarakat Banua

Menurut Sarhan, Mesir akan memulai tahap pertama dalam beberapa hari. Pengaturan masuknya peralatan konstruksi ke Jalur Gaza sedang berlangsung melalui perbatasan Rafah.

Kuwait sebelumnya telah berjanji untuk membangun menara yang dibom dalam serangan terakhir, tetapi perjanjian itu tidak disetujui secara resmi, katanya.

“Kami berharap lebih banyak donor untuk bergabung dalam proses rekonstruksi dalam tiga bulan mendatang, termasuk Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Uni Eropa, dan berkontribusi untuk mendukung sektor industri dan pertanian di Gaza,” tambah Sarhan.

Kemungkinan hambatan

Terkait hambatan yang mungkin muncul, Salama Marouf, juru bicara pemerintah Gaza mengklaim telah melalui ancaman dan hambatan yang dilalui para donor.

“Kami menghubungi organisasi donor dan menyepakati jumlah dana. Secara umum, janji meyakinkan bahwa proses rekonstruksi sudah dekat,” ujar Marouf kepada Al Jazeera.

Menurutnya, pihak Israel setuju untuk menghapus pembatasan yang dikenakan pada bahan bangunan masuk ke Gaza, karena perjanjian GRM dibekukan dalam upaya internasional.

Mekanisme Rekonstruksi Gaza (GRM) adalah perjanjian sementara yang dibuat oleh PBB dan disepakati antara Otoritas Palestina dan Israel pada September 2014.

Mekanisme ini dirancang untuk mengatasi masalah keamanan Israel sambil memungkinkan masuknya bahan konstruksi (hanya agregat, semen dan batang baja) ke Jalur Gaza untuk digunakan dalam proyek konstruksi.

Tentara Israel menembakkan peluru artileri ke arah Jalur Gaza Strip dari posisi mereka di dekat Kota Sderot, Israel selatan, pada 14 Mei 2021.
Tentara Israel menembakkan peluru artileri ke arah Jalur Gaza Strip dari posisi mereka di dekat Kota Sderot, Israel selatan, pada 14 Mei 2021. (JACK GUEZ / AFP)

“Ada banyak bahan yang dilarang masuk ke Gaza, karena mereka diklasifikasikan dalam daftar 'penggunaan ganda' dari Israel. Daftar ini telah memasukkan banyak bahan yang diperlukan seperti pompa air, lift, setrika, dan lain-lain,” kata Maruf.

Namun, kendala besar yang dikhawatirkan oleh komite rekonstruksi Gaza adalah penggunaan bahan rekonstruksi oleh Israel, untuk 'memeras' warga Palestina di Gaza.

“Ini adalah tantangan utama dengan pengepungan terus menerus yang diberlakukan di Gaza. Israel dapat melarang masuknya bahan bangunan melalui penyeberangannya kapan saja.”

“Kami berharap organisasi donor dan semua mitra dapat menjamin masuknya bahan bangunan secara stabil sesuai kesepakatan.”

Siklus ekonomi di Gaza menemui jalan buntu, karena sepenuhnya bergantung pada dimulainya proses rekonstruksi.

“Tingkat pengangguran di Gaza di antara kaum muda mencapai 50 persen, dan proses rekonstruksi akan berkontribusi untuk menciptakan peluang kerja, memompa uang dan menciptakan keadaan stabilitas di negara ini,” tambah Marouf.

Dia juga memperingatkan bahwa setiap jeda atau penundaan dalam rencana rekonstruksi akan mengacaukan ketenangan di kawasan itu.

Baca juga: Pasca Operasi Meski Sudah Sadar Tukul Arwana Ternyata Belum Bisa Berinteraksi 

Baca juga: Pembelaan Tuchel Sikapi Kekalahan Perdana Chelsea dari Man City di Liga Inggris, Akui Keunggulan Pep

“Jika tekanan terus berlanjut di Gaza, akan ada ledakan (ancaman keamanan) yang akan segera terjadi, yang konsekuensinya akan ditanggung oleh Israel. Situasi di Jalur Gaza tidak bisa terus seperti ini,” tegasnya.

Menurut Marouf, jika semua donor mematuhi komitmennya dan berjalan sesuai rencana, rencana rekonstruksi akan tercapai pada akhir 2022.

Sementara itu, Hosni Muhanna, kepala departemen media di Kotamadya Gaza mengatakan bahwa kotamadya sangat menyambut baik upaya rekonstruksi. Apalagi musim dingin menjadi kondisi berat di Gaza.

Infrastruktur di Gaza kata dia, sangat terpengaruh oleh pengeboman Israel selama serangan terakhir. Kerusakan besar terjadi pada jalan, saluran pembuangan dan drainase air hujan.

“Kami meminta banyak badan untuk mempercepat rekonstruksi infrastruktur dengan datangnya musim dingin. Situasi saat ini akan menimbulkan risiko besar.”

Musim dingin menurutnya menjadi tantangan utama sekarang. Pasalnya, permukaan air di dataran rendah akan naik, dan ada banyak jalan yang hancur di daerah padat penduduk dan pusat-pusat vital kota.

“Ada ketakutan akan tanah longsor dan infrastruktur runtuh jika rekonstruksi tidak dipercepat. Sampai saat ini, kami belum menerima konfirmasi kapan pekerjaan infrastruktur akan dimulai, tetapi kami berharap dapat segera dimulai,” pungkannya.

(Tribunnews.com/Yurika/Kompas.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved