Maulid Nabi Muhammad SAW 2021
Nilai Tersirat Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Begini Tradisi Sambut Maulid Nabi di Indonesia
Hari ini umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Selasa (19/10/2021).Terdapat nilai-nilai tersirat dari hari kelahiran Rasulullah SAW.
Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
BANJARMASINPOST.CO.ID - Hari ini umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Selasa (19/10/2021).
Terdapat nilai-nilai yang tersirat dalam perayaan hari kelahiran Rasulullah SAW.
Selain itu, umat muslim dapat meneladani pesan yang terkandung dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi Muhammad diperingati setiap tahun, tepatnya setiap tanggal 12 Rabiul Awal penanggalan Hijriyah.
Baca juga: Perbanyak Sholawat di Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Berikut Kumpulan Berbagai Sholawat
Baca juga: Niat Shalat Dhuha dan Cara Melaksanakan, Lengkap dengan Doa Usai Mengamalkan
Di tahun ini, Maulid Nabi bertepatan pada Selasa (19/10/2021) kalender masehi.

Nilai-nilai yang Terkandung dari Peringatan Maulid Nabi
1. Nilai spiritual
Nilai spiritual yang didapatkan dari perayaan Maulid Nabi adalah menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad.
Ekspresi kegembiraan dalam perayaan tersebut merupakan ceriminan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad merupakan sosok Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Sehingga, umat Islam wajib meneladani sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad.
Dengan mengingat Maulid Nabi, maka hati akan tergerak mengucap shalawat Nabi dan amalan-amalan lain.
Baca juga: BACAAN Niat Qobliyah Subuh, Ketahui Tata Cara dan Ayat Pendek yang Sebaiknya Dibaca
2. Nilai moral
Nilai moral yang dapat diambil dari perayaan Maulid Nabi adalah menyimak akhlak terpuji dari Nabi Muhammad SAW.
Adapun akhlak terpuji itu merupakan ajaran moral yang baik untuk seluruh umat manusia.
Kemudian, diharapkan umat manusia dapat mempraktikan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, nasihat dan pengarahan dari para ulama dalam perayaan Maulid Nabi juga dapat menjadi tuntunan dan bimbingan agama.

3. Nilai sosial
Nilai sosial dari adanya perayaan Maulid Nabi adalah terjalinnya hubungan yang baik antar manusia.
Hubungan tersebut menggambarkan kerukunan umat Islam dalam membantu sesama.
Terutama bagi orang yang menyediakan hidangan dan jamuan bagi para tamu dari golongan fakir miskin.
Maulid Nabi bisa menjadi tradisi untuk mensyukuri rahmat Allah yang diberikan melalui perayaan Maulid Nabi.
Baca juga: Amalan Malam Jumat Rabiul Awal 1443 H, Baca Yasin di Malam Hari dan Esoknya Baca Surah Al Kahfi
4. Nilai persatuan
Nilai persatuan berkaitan erat dengan nilai sosial.
Nilai persatuan menggambarkan persatuan umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi.
Umat Islam bersatu dalam suasana suka cita menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad.
Selain itu, Maulid Nabi juga mengingatkan tentang perayaan Maulid Nabi pada masa Perang Salib yang dapat mempersatukan kekuatan dan kebersamaan para pejuang Islam.
Dikutip Banjarmasinpost.co.id dari Tribunnews.com, berikut 7 tradisi perayaan Maulid Nabi SAW di berbagai wilayah Indonesia:

1. Tradisi Sekaten di Solo
Masyarakat Kota Solo atau Surakarta Hadiningrat, biasanya memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan acara Sekaten.
Menurut KRT Haji Handipaningrat dalam buku 'Perayaan Sekaten', kata Sekaten berakar dari kata dalam Bahasa Arab, Syahadatain yang memiliki makna persaksian (syahadat).
Bagi masyarakat muslim, syahadat dianggap penting sebab merupakan proses pengakuan terhadap keesaan Tuhan dan risalah Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari Kompas.com, Sekaten juga dimaknai sebagai sarana hiburan keluarga yang menunjukkan identitas kearifan lokal daerah setempat.
Sekaten ini menjadi upacara adat dan keagamaan yang diringi dengan suara gamelan.
Baca juga: Niat Puasa Senin Kamis 10 Rabiul Awal 1443 H, Dibaca Besok Sebelum Azan Subuh
Gamelan dari Keraton Surakarta dipindah menuju Masjid Agung dengan cara dipikul dan diarak.
Sekaten ditutup dengan grebeg yang merupakan sedekah pihak Keraton kepada masyarakat berupa gunungan berisi hasil bumi yang disusun melingkar.
Gunungan ini akan diperebutkan oleh warga sekitar.
2. Tradisi Maudu Lempoa di Sulawesi Selatan
Warga Sulawesi Selatan merayakan Maulid Nabi dengan mengadakan Maudu Lompoa (Maulid Besar) yaitu tradisi menghias perahu menggunakan selendang warna-warni dan telur hias.
Perahu dihiasi dengan ribuan telur serta bahan makanan tradisional dan menjadi pemandangan unik di sepanjang sungai.

Warga juga menyusun makanan seperti gunungan sebagai simbol perayaan.
Dikutip dari Tribuntimur.com, makanan yang telah disusun seperti gunungan tersebut akan diperebutkan oleh ribuan warga.
Gunungan yang diperebutkan berisi telur hias, ayam, beras dimasak setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi, serta aksesoris lainnya.
Sebelum diperebutkan, warga akan membacakan kitab Barzanji di sekitar gunungan tersebut.
3. Tradisi Bungo Lado di Padang Pariaman
Masyarakat Padang Pariaman merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan tradisi Bungo Lado.
Tradisi Bungo Lado adalah tradisi di mana warga akan membuat sejumlah pohon buatan yang dihiasi dengan uang kertas asli.
Dikutip dari Grid.id, tradisi Bungo Lado adalah tradisi warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat dalam merayakan Maulid Nabi.
Baca juga: Libur Maulid Nabi Muhammad SAW 2021 Digeser, ASN Dilarang Cuti dan Keluar Daerah hingga 22 Oktober
Bungo Lado memiliki arti pohon uang.
Uang yang disusun menjadi pohon terdiri dari berbagai pecahan, mulai dari pecahan terkecil hingga pecahan terbesar.
Selain membuat Bungo Lado, warga secara sukarela membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama.
4. Tradisi Baayun Maulid di Banjarmasin
Masyarakat Banjarmasin merayakan Maulid Nabi dengan mengikuti tradisi Baayun Maulid.
Dikutip dari Grid.id, dalam tradisi ini ratusan warga berkumpul di masjid dan membuat berbagai jenis serta model ayunan.
Mereka menghias ayunan masing-masing dengan berbagai pernak-pernik seperti janur agar terlihat meriah.
Selain agar terlihat indah, hiasan pada ayunan tersebut juga memiliki makna dan harapan tertentu untuk yang diayun.
5. Tradisi Saweran Koin di Kediri
Kota Kediri juga memiliki cara dan tradisi sendiri dalam merayakan Maulid Nabi.
Dilansir Kompas.com, warga yang ingin berbagi rezeki akan membentuk lingkaran di serambi masjid.
Di tengah-tengah pembacaan kitab, mereka akan melemparkan koin pecahan uang sebesar Rp 100 hingga Rp 1.000 ke udara.
Uang koin tersebut akan mengarah ke kerumuman warga yang ada di hadapan warga yang melingkar.
Uang koin yang jatuh ke lantai akan diperebutkan oleh anak-anak yang mengikuti prosesi tersebut.
6. Tradisi Karesan di Mojokerto
Masyarakat Mojokerto juga memiliki tradisi peringatan Maulid Nabi tesendiri, yaitu Karesan.
Dikutip dari Grid.Id, tradisi Keresan masih terus dilestarikan oleh warga di Dusun Mangelo, Desa Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dalam tradisi ini, warga akan menggantung sejumlah hasil bumi seperti nanas, kelapa muda, terong, jagung dan nangka di pohon kersen atau talok.
Hasil bumi disusun secara rapi di bawah kedua pohon kersen tersebut.
Warga juga menggantung kebutuhan pokok lainnya seperti pakaian, topi, sandal, sepatu, hingga jas hujan.
7. Tradisi Walima di Gorontalo
Di Gorontalo, masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Walima.
Tradisi Walima ini dilakkan turun-temurun oleh masyarakat Gorontalo.
Masyarakat Gorontalo akan menyiapkan berbagai kue untuk merayakan tradisi Walima.
Dikutip dari Tribunmanado.co.id, masyarakat akan menyiapkan kue-kue tradisional, seperti kolombeng, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat.
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)