Komet Hijau Leonard

Saksikan Komet Hijau Leonard Bulan Desember 2021, Bisa Diamati di Seluruh Indonesia

Di bulan Desember 2021 ini, komet berwarna hijau bernama Leonard bisa diamati dengan mata telanjang. Simak jadwal dan lokasi menyaksikan

NASA/ESA/Hubble
Wajah komet ISON seperti dipotret teleskop Hubble pada 30 April 2013. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Jelang akhir tahun, masyarakat di Nusantara masih bisa menikmati fenomena unik di langit. Di bulan Desember 2021 ini, komet berwarna hijau bernama Leonard bisa diamati dengan mata telanjang.

Fenomena alam ini bisa disaksikan warga di seluruh Indonesia, dengan catatan kondisi langit cerah. Jika anda penggemar fenomena astronomi seperti ini, siap-siap meluangkan waktu. Siapa tahu anda beruntung bisa menyaksikannya dari daerah tempat tinggal anda.

Adapun waktu dan daerah mana saja yang bisa menyaksikan, bisa disimak di artikel berikut ini.

Baca juga: Hari Ini Gerhana Matahari Total Terakhir di 2021, Simak Wilayah yang Dapat Menyaksikan

Baca juga: Besok Gerhana Matahari Total Terakhir Tahun ini, Hanya Berlangsung Satu Jam Enam Menit

Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Komet Leonard bisa dilihat mulai 1-11 Desember 2021, setiap dini hari antara pukul 02.50 WIB hingga 05.08 WIB.

Kemudian, pada 14-31 Desember 2021, setiap sore antara pukul 18.25 WIB hingga 21.06 WIB.

Benda langit ini akan nampak hijau, diiringi cahaya menyerupai ekor.

Komet ini memiliki kode penamaan C/2021 A1, tetapi disesuaikan dengan nama pengamat yang pertama kali menemukannya, yakni G.J Leonard.

Pada 3 Januari 2021, Leonard mengamati orbit komet yang mencapai 80.000 tahun melalui Observatorium Mount Lemmon.

Komet ini memiliki kemiringan orbit 132,68 derajat dan akan melintas mendekati Bumi, dengan jarak terdekatnya sekitar 34.857.000 km.

Komet ini bisa disaksikan manusia tanpa menggunakan alat bantu optik saat langit cerah.

Jika cuaca berawan sedikit saja, komet ini akan tampak redup dan memerlukan alat bantu optik untuk mengamatinya.

Komet paling terang 2018 akan melewati Bumi
Komet paling terang 2018 (cbcnews)

Baca juga: Panduan Doa dan Sholat Kusuf atau Salat Gerhana Matahari di Sabtu 4 Desember 2021

Peneliti Pusat Sains dan Antariksa (Pussainsa) LAPAN Andi Pangerang menjelaskan, warna hijau pada komet terjadi karena inti komet yang memanas.

Kemudian, membentuk awan gas yang disebut dengan koma atau ekor komet.

Koma yang mengandung ikatan kimia karbon-nitrogen (rantai ganda) dan karbon-karbon (rantai tunggal atau ganda).

Selanjutnya, gelombang ultraviolet dari Matahari akan membuat elektron terlepas dari ikatan kimia tersebut.

"Perisitiwa ini disebut juga eksitasi. Eksitasi inilah yang kemudian memancarkan warna kehijauan pada komet ketika energi potensialnya menurun saat bergerak mendekati matahari," jelas Andi saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/12/2021).

Pergerakan komet ini sendiri dipengaruhi oleh energi mekanik yang besarannya selalu tetap. Kemudian, penjumlahan energi potensial (saat komet dalam kondisi diam) dan energi kinetik (saat komet mulai bergerak).

Ketika komet sudah bergerak, energi kinetik mulai bertambah seiring bertambahnya kecepatan dan semakin mendekati matahari, energi kinetiknya semakin besar.

"Saat komet menjauhi matahari, energi kinetik akan semakin berkurang dan energi potensial akan semakin bertambah. Inilah yang membuat komet menjadi lebih terang saat mendekati matahari dan meredup saat menjauhi matahari," papar Andi.

Baca juga: FAKTA-fakta Komet Neowise, Hanya Bisa Dilihat Sekali Seumur Hidup, Ekornya Terbelah?

Komet ini tidak berbahaya karena secara alami inti komet akan semakin menipis ketika melintas dekat Matahari.

Komet Leonard bisa disaksikan sepanjang bulan ini, kecuali pada 12 dan 13 Desember 2021.

Pada 12 Desember 2021, ketinggian komet terlalu rendah saat Matahari terbit sehingga membuatnya sulit diamati oleh manusia.

Kemudian, ketika komet Leonar mencapai titik terdekat dengan Bumi, maka waktu penampakannya berubah dari pagi menjadi sore hari.

Adapun pada 13 Desember 2021, ketinggian komet juga terlalu rendah saat Matahari terbenam. Ini juga membuat kita sulit mengamatinya.

Selain kedua tanggal tersebut, Komet Leonard bisa disaksikan dengan mata telanjang saat hari cerah.

Mulai 1-8 Desember 2021, Komet Leonard akan tampak dari Timur Laut. Kemudian, pada 9-11 Desember 2021 akan terlihat dari Timur.

Adapun pada 14-16 Desember 2021 akan terlihat dari Barat. Sementara, pada 17-31 akan terlihat dari Barat Daya.

Jadwal lengkap kemunculan Komet Leonard dapat dilihat di sini.

Bukan Bintang Berekor

Dilansir dari wikipedia, Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong, parabolis, atau hiperbolis.

Istilah "komet" berasal dari bahasa Yunani, kometes (κομήτης) yang berarti "rambut panjang".

Istilah lainnya adalah bintang berekor yang tidak tepat karena komet sama sekali bukan bintang. Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor mirip 'kukus' atau berdebu. Di samping itu, ekornya juga mirip buah kemukus yang dikeringkan.

Komet terbentuk dari es dan debu. Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari Matahari.

Komet Pan-STARRS diambil dari Australia pada 28 Februari 2013. Tampak ekor komet Tipe III yang terlihat redup.
Komet Pan-STARRS diambil dari Australia pada 28 Februari 2013. Tampak ekor komet Tipe III yang terlihat redup. (kompas.com)

Ketika mendekati Matahari, sebagian bahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor. Komet juga mengelilingi Matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda. Panjang "ekor" komet dapat mencapai jutaan km. Beberapa komet menempuh jarak lebih jauh di luar angkasa daripada planet. Beberapa komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit Matahari.

Komet dapat dilihat ketika masih jauh dari matahari, bagian yang pertama kali dilihat adalah inti komet. Komet merupakan benda angkasa yang mirip asteroid, tetapi hampir seluruhnya terbentuk dari gas (karbon dioksida, metana, air) dan debu yang membeku. (Kompas.com/Banjarmasinpost.co.id)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved