Banjir Kalsel 2021
Banjir Kalsel 2021 - Di Desa Pahalatan Kabupaten HST Belum Surut, Banyak Warga Terserang Kutu Air
Banjir Kalsel 2021. Lebih satu bulan terendam, wilayah Desa Pahalatan, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten HST, banyak warga terserang kutu air.
Penulis: Hanani | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Banjir di Kalsel. Lebih satu bulan terendam, wilayah Desa Pahalatan, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungah (HST), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Dilaporkan, banyak warga yang terkena penyakit kulit, yaitu lancat. Lancat yang dalam bahasa lokal adalah kutu air tersebut menyerang sela-sela jari kaki warga, akibat sering bersentuhan dengan air banjir.
Penuturan Masni, warga Pahalatan, kutu air yang diderita membuat kaki terasa gatal-gatal dan di sela jari-jarinya terkelupas.
Sampai saat ini untuk pengibatan, beli sendiri, yaitu obat salep yang dijual bebas di warung-warung.
“Belum ada petugas kesehatan yang datang ke sini. Sementara kami juga kesulitan keluar desa karena akses masih terputus. Kalau ke luar desa harus pakai perahu atau kelotok,” kata warga RT 03 di desa tersebut.
Baca juga: Tak Mampu Beli Elpiji 3 Kg, Korban Banjir di Desa Pahalatan HST Gunakan Raba untuk Bahan Bakar
Baca juga: VIDEO Banjir di Desa Pahalatan HST, Akses Terputus, Warga Keluar Desa Pakai Perahu
Sementara itu, kondisi genangan dilaporkan belum juga surut karena masih intensnya hujan yang mengguyur hampir tiap hari.
“Memang kadang ada surut. Tapi begitu diguyur hujan lagi, airnya dalam kembali. Seperti hari ini, kedalaman air bertambah sekitar 5 sentimeter,” kata Sekdes Pahalatan, Muhammad Azmi Hidayat, saat dhubungi, Rabu (29/12/2021), seraya menambahkan akses jalan masih terputus.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata Dayat, ini banjir terdalam dan cukup parah.
Diperkirakan air mulai menyusut bertahap, mulai Februari 2022. Warga akan benar-benar terbebas dari banjir, diprediksi mulai awal Maret 2022.
Sedangkan mengenai bantuan sembako, pihaknya menyarankan agar donator menyalurkan sendiri bantuan ke rumah-rumah warga.
Baca juga: Banjir Kalsel di HST, Desa Pahalatan Hanya Bisa Diakses Pakai Jukung, Bantuan Sembako Masih Minim
Baca juga: Korupsi di Kalsel - Kasus Suap HSU, Jaksa KPK Hadirkan Abdul Wahid Jadi Saksi di Sidang Pekan Depan
“Kami tak lagi mengelolakan bantuan karena kami bersama Kades dan aparat desa justru kena fitnah,” kata Hidayat.
DIjelaskan, ada 300 lebih keluarga terdampak banjir. Biasanya, supaya bantuan yang masuk melalui Kantor desa bisa dibagi rata, pihaknya mengumpulkan terlebih dulu dengan tujuan agar mencukupi untuk seluruh warga.
"Karena jumlahnya tak sampai 300 paket, biasanya kami kumpulkan, baru kemudian kami kemas ulang agar merata," imbuhnya.
Memang tidak sama semua jenis paketnya karena jumlah terbatas. Tapi pihaknya berupaya adil menggantinya dengan barang lain.
Ternyata hal itu kata Sekdes menimbulkan fitnah. “Kami dituduh mengurangi jatah warga. Bahkan ada yang sempat mengamuk ke Kantor Desa. Itu yang membuat kami kecewa. Padahal niat Kami baik. Kami bekerja keras demi warga. Bahkan dengan mengantarkan bantuan ke rumah-rumah mereka pakai jukung,” kata Sekdes.

Karena kondisi itu pula, Sekdes mengatakan, pihaknya tak mau lagi mengelola bantuan. Jika ada donasi berupa sembako dan bantuan lain, dipersilakan mengantar sendiri ke rumah warga dengan bantuan yang cukup, yaitu sesuai data 300 keluarga lebih. “Sebab, jika kurang, bisa menimbulkan masalah lagi,” katanya.
(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)