Berita Tanahlaut
Pedagang Bunga Tabur Makam, Sebelum Subuh Pasutri dari Martapura ini Tembus Kegelapan ke Pelaihari
Lelaki berusia 45 tahun ini rela pontang-panting menempuh jarak puluhan kilometer demi merajut hidup yang berkecukupan.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Rezeki memang telah diatur Tuhan, namun ikhtiar harus dilakukan karena nyaman tidaknya hidup yang dijalani juga sebuah pilihan.
Hal itu disadari betul oleh Zulkifli.
Lelaki berusia 45 tahun ini rela pontang-panting menempuh jarak puluhan kilometer dan menembus dingin dan gulitanya malam demi survive dan berupaya merajut hidup yang berkecukupan.
Sebelum waktu subuh atau sekitar pukul 03.30 Wita ia telah memulai aktivitasnya ketika umumnya orang lain masih tidur nyenyak di peraduan.
Ia berangkat dari rumahnya di Desa Labuantabu, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, menuju Kota Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut (Tala).
Baca juga: Kemenag Tanahlaut Dorong Ponpes Laksanakan Vaksin Anak, Sebagian Laksanakan Secara Mandiri
Baca juga: Vaksinasi Anak, Kalangan Orangtua di Tanahlaut Diminta Jujur Paparkan Riwayat Kesehatan
Jarak tempuhnya mencapai puluhan kilometer atau berwaktu tempuh sekitar satu jam setengah berkendara roda dua.
"Itu kalau lancar, tak ada kendala seperti bocor ban dan lainnya," ucap Zulkifli kepada banjarmasinpost.co.id, Minggu (23/1/2022).
Ditemui di tempat aktivitasnya mengais rezeki di depan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslimin di Jalan A Yani, Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari, Zulkifli duduk melantai di trotoar depan makam sembari merangkai bunga melati, kenanga, dan bunga mawar.
Ia menuturkan telah lumayan lama berjualan bunga tabur untuk peziarah di TPU Muslimin Pelaihari sejak sekitar sepuluh tahun lalu. Dirinya bersama sang istri, Mursyidah.
Mengapa tak berjualan di TPU di Martapura? "Di Martapura sudah sangat banyak yang jualan bunga tabur. Jadi kami ke Pelaihari yang masih sedikit yang jualan bunga tabur di lingkungan kuburan. Alhamdulillah lumayan lah di Pelaihari," tuturnya.
Jika sedang mujur, sebut Zulkifli, dalam sehari penghasilannya dari dua lapak bersama sang istri mencapai Rp 400 ribu.
Namun jika sepi hanya puluhan ribu selama sepuluh hingga sebelas jam.
Namun ia tidak tiap hari berjualan bunga tabur di Pelaihari karena selain meletihkan, juga menyesuaikan kecenderungan warga Pelaihari saat berziarah.
"Saya ke Pelaihari tiap Hari Sabtu, Minggu, dan Rabu," paparnya.
Momen yang paling ramai berjualan bunga tabur, sebut Zulkifli, yakni pada hari raya (Idulfitri, Iduladha) dan pada bulan Maulid.
Pada momen atau bulan tersebut dagangannya cepat ludes.