Berita Banjarbaru

Prilaku Anak Korban Kekerasan Seksual Cenderung Berubah, ini Kata Psikiater RSUD Ratu Zalecha

Psikiater RS Ratu Zalecha Martapura, Dr. Winda Oktari Anryanie Arief, SpKJ menjelaskan, perilaku asusila merupakan suatu tindakan yang di luar norma

Penulis: Siti Bulkis | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/siti bulkis
Psikiater Rs Ratu Zalecha Martapura, Dr. Winda Oktari Anryanie Arief, SpKJ 

Di sinilah peran serta orangtua serta keluarga harus benar-benar hadir dan menunjukkan bahwa ia memiliki support system yang bisa dipercaya dan memberikan rasa aman.

Jangan sampai, tegasnya, malah orangtua menghakimi bahkan sampai menyudutkan anak.

Lebih lanjut, Winda mengatakan, orangtua hendaknya jangan pula malu terlebih gengsi untuk membawa anaknya ke psikiater maupun psikolog hanya dikarenakan takut dengan stigma yang dilabelkan oleh masyarakat.

Hal tersebut pun berlaku terhadap guru di sekolah.

Guru yang mengetahui peserta didiknya mengalami hal tersebut diharapkan dapat memberikan dan menghadirkan rasa aman pula saat berada di lingkungan sekolah.

Bila memang memungkinkan, guru bisa memberikan arahan agar teman-teman si anak mengajak bermain bersama apabila anak menunjukan pertanda menarik diri.

Untuk penanganan yang diberikan terhadap korban yang masih dibawah umur dengan orang dewasa secara umum sama, yaitu Psikoterapi Supoortif .

Hanya saja, ujarnya, yang membedakan adalah penatalaksanaan antara korban anak dan dewasa adalah derajat trauma, pemahaman korban terhadap kejadian yang dialami, nilai moral korban terhadap kejadian yang dialami, serta support system yang dimiliki oleh korban.

Dan untuk kecepatan pulihnya korban asusila tidak dapat ditentukan, sebab hal ini tergantung tingkat keparahannya, penerimaan diri korbannya hingga support systemnya.

Sementara ditanya terkait faktor yang dapat membuat seseorang melakukan tindak asusila.

Winda menjelaskan, kemungkinan dikarenakan sulitnya menekan keinginan melakukan tindakan tersebut.

Bisa pula dikarenakan tiga faktor, yaitu biologis, psikologis dan sosial.

"Terbiasa menerima stimulus yang sifatnya seksual, misal sering menonton video porno yang dapat memunculkan dorongan seksual yang tinggi. Namun, tidak memiliki penyaluran yang tepat, sehingga pelaku menyalurkannya ke tindakan yang tidak tepat," ujarnya.

Orang yang memiliki kelainan seperti ketertarikan terhadap anak yang jauh berada di bawahnya bukan dengan sesama orang dewasa atau dalam sebutan lain pedofil, menurutnya, bisa disembuhkan dengan pemberian obat serta psikoterapi dengan berbagai macam teknik-tekniknya.

(Banjarmasinpost.co.id/Siti Bulkis)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved