Berita HST

Mencicipi Kue Cincin di Maringgit Kabupaten HST, Penjual Tawarkan Dua Varian Rasa

Desa Maringgit dan Muara Rintis, Kecamatan Batangalai Utara, Kabupaten HST, sentra pembuatan dan penjualan kue cincin.

Penulis: Hanani | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/HANANI
Penjual kue cincin dengan merek Mama Jani di Desa Maringgit, Kecamatan Batangalai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (5/2/2022). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Bagi  yang sering melintasi jalan nasional Kapar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) arah Kabupaten Tabalong, pastinya tak asing lagi dengan pemandangan satu ini.

Sepanjang jalan melintasi Desa Maringgit dan Muara Rintis, Kecamatan Batangalai Utara, Kabupaten HST, Provinsi Kalimantan Selatan, banyak sekali terdapat tenda payung. Mereka adalah pedagang Kue Cincin.

Kue zaman dulu (zadul) yang kembali hits sejak lima tahun yang lalu itu menjamur di sepanjang tepi jalan desa tersebut.

Meski banyak warga menjual kue yang sama, namun mereka  tak takut bersaing

“Rezeki itu Allah yang mengatur. Alhamdulillah masing-masing ada saja yang beli. Buktinya, setiap hari semuanya masih berjualan,” ungkap Nurfia, gadis yang menjualkan kue cincin milik bibinya dengan merek Mama Jani di Desa Maringgit HST ini.

Baca juga: Peminat Angkutan Perdesaan di Kabupaten HST Merosot, Sopir Pun Terima Jasa Angkutan Barang

Baca juga: UPDATE Covid-19 Kalsel: Rekor Penambahan Kasus Sebanyak 250 Orang

Menurut Nurfia yang mengaku lulusan SMA ini, sudah berjualan cincin sejak lima tahun yang lalu.

“Kami malah perintis usaha cincin di Desa Maringgit. Sebelumnya, di Desa Muara Rintis terlebih dulu jadi Kampung Cincin. Sekarang, kampung kami juga jadi sentra pembuat kue cincin,” ungkap Nurfia.

Gadis yang akra disama Yaya ini berjualan cincin bersama temannya.

Seperti di tempat lainnya, harga per bungkus isi 20 biji, Rp 10.000. Nah, bagi yang ingin makan di tempat selagi masih panas, bisa mampir dan langsung digorengkan.

Menurut Yaya, banyak pula yang makan di tempat, karena memang  lebih enak disantao selagi hangat. “Lebih krispy,” katanya seraya menyebut ada dua varian rasa cincin, yaitu original dan rasa durian.

Baca juga: Soal Tambang Galian C, Warga Minta Pemkab HST Pertimbangkan Dampak Lingkungan

Baca juga: Peringatan Isra Mikraj dan Haul Guru Sekumpul ke-17 di Masjid Jami Kota Banjarmasin

Bahan yang diguankan sama saja, yaitu tepung beras, gula merah, garam. Sedangkan rasa durian, menggunakan perisa durian.

Tiap hari, rata-rata Yaya membuat lima liter adonan berbahan tersebut. Sebelum pandemi Covid-19, sampai 10 liter. Bahkan jika lebaran lebih banyak lagi.

Kue cincin yang dibikin perajin di Maringgit maupun Muara Rintis, bentuknya lebih kecil dengan diameter sekitar 5 sentimeter.

Ini berbeda dengan diameter kue cincin zadul yang sampai 15 sentimeter. Namun, dari sisi rasa, sama enaknya. Mau mencoba? Mampir ke Maringgit atau Muara Rintis.

(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved