Ramadhan 2022
Lafadz Takbir Idul Fitri Sesuai Tuntunan Rasulullah, Buya Yahya Sebut Waktu Mengumandangkannya
Buya Yahya jelaskan soal hukum Bacaan Takbir sesuai anjuran Rasulullah SAW pada Hari Raya Idul Fitri, simak juga bacaannya
Penulis: Mariana | Editor: Irfani Rahman
BANJARMASINPOST.CO.ID - Dalam hitungan hari bulan Ramadhan 2022 akan segera berakhir.
Kaum muslimin pun akan menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 H.
Dalam menyambut hari kemenangan Idul Fitri, umumnya takbir dikumandangkan di seluruh penjuru.
Mengumandangkan bacaan takbir 'Allahu Akbar', merupakan bentuk syukur atas nikmat yang diberikan kepada Allah karena telah melalui Ramadhan.
Berikut Bacaan Takbir Hari Raya Idul Fitri.
Baca juga: Mampu Namun Tak Bayar Zakat Fitrah, Ini Hukumnya, Simak Juga Nominal Zakat Jakarta, Jabar dan Kalsel
Baca juga: Doa Agar bertemu Ramadhan Selanjutnya, Sesuai Anjuran Rasulullah dan Dibaca Akhir Puasa
Lafadz takbir ’Ied yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW adalah:
a. Lafadz takbir ‘Ied seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab dan ‘Ali ibn Abi Thalib, di antaranya adalah sebagai berikut:
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.
“Allahu akbar allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar alllahu akbar walillahil hamd”
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan bagi Allah-lah segala puji.”
Lafaz tersebut berdasar berdasarkan hadits riwayat Ibn Abi Syaibah, Mushannaf, tahqiq: Kamal al-Hut, juz 1 hlm 490 no. 5650, 5651, 5653. Ibn al-Mundzir, Al-Awshat, juz 7, hlm 22 no: 223, hlm 23, 24, 25 no:224, 225, 226)
Ucapan Allahu Akbar dalam takbir ‘Ied pada redaksi hadits di atas jelas hanya diucapkan dua kali, tidak tiga kali.
b. Lafadz takbir ‘Ied sesuai hadits riwayat Abdur Razaq dari Salman dengan sanad yang shahih, yang mengatakan:
كَبِّرُوْا، اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar. (lihat ash-Shan’aniy, Subul as-Salam, Juz II: 76)
Baca juga: Sahkah Puasa Orang yang Marah-marah, Simak Penjelasan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah Ini
Baca juga: Perbanyak Zikir Ini, Keutamaannya Membuka Pintu Rezeki Hingga Diampuni Dosa-dosa
كَبِّرُوْا، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar. (lihat al-Baihaqi,Sunan al-Kubra, Juz III: 316)
Sementara itu, ada pula bacaan takbir yang lebih panjang lagi, yaitu Allahu Akbar Kabira wal-hamdu lil-Lahi katsira… dan seterusnya sampai wa lau karihal-kafirun, musyrikun dan lain-lain adalah dari Imam Syafi'i.
Berikut lafal lengkapnya.
اللّه أكْبَرُ كَبيراً، والحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً، وَسُبْحانَ اللَّهِ بُكْرَةً وأصِيلاً، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَلا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ وَلَوْ كَرِهَ الكافِرُون، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللّه واللَّهُ أكْبَرُ
“Allahu akbar kabira, wal hamdulillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw wa ashila, la ilaha illallah, wa la na’budu iyyahu mukhlisina lahud din, wa law karihal kafirun, la ilaha illlallah wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzab wahdah, la ilaha illallah wallahu akbar”

Buya Yahya menjelaskan, takbir di Hari Raya hukumnya sunnah khususnya di Hari Raya Idul Fitri.
"Takbir yang dikumandangkan di jalan-jalan adalah sunnah mulai dari terbenamnya matahari akhir Ramadhan sampai imam naik mimbar, disunnahkan kita melantunkan takbir," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari Al-Bahjah.
Dari lafadz yang telah disebutkan terdapat beberapa jenis bacaan takbir, di antaranya dari Rasulullah SAW dan Imam Syafi'i.
Tambahan berupa Allahu Akbar Kabira wal-hamdu lil-Lahi katsira… dan seterusnya adalah tambahan dari Imam As-Syafi'i, Buya Yahya menuturkan makna terkandung adalah benar dan bukan suatu yang salah.
"Tambahan dari Imam Syafi;i tersebut adalah suatu yang umum dan dianggap sebagai pemberi semangat, boleh dibaca, dan dianggap sebagai kebaikan," imbuhnya.
Itu karena terdapat doa-doa, tambahan itu pun juga diambil dari firman Allah SWT dan gabungan hadist-hadist Nabi SAW.
Sementara penambahan wa lau karihal-munafiquun, dari semula wa lau karihal-kafirun, musyrikun adalah hukumnya boleh dikumandangkan.
"Orang munafik adalah kafir bathin, maka menyebut wa lau karihal-munafiquun sangat tidak apa-apa dan aman," pungkas Buya Yahya.
Simak Videonya, KLIK
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post