Unjuk Rasa Nelayan Tabanio
Kerap Tak Kebagian, Nelayan Tabanio Tala Tanyakan Ketidakjelasan Aliran Puluhan Ribu Liter Solar
Beberapa orang nelayan Tabanio, menuturkan pada April 2022 kemarin cukup banyak yang tak bisa melaut lantaran tak mendapatkan solar.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Meski di Desa Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), telah beroperasional Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBUN), namun selama ini sejumlah nelayan setempat kerap tak kebagian.
Beberapa orang nelayan Tabanio, Jumat (13/5/2022) pagi, kepada banjamasinpost.co.id menuturkan pada April 2022 kemarin cukup banyak yang tak bisa melaut lantaran tak mendapatkan solar.
"Pihak pengelola SPBUN mengatakan kuota dari Pertamina berkurang. Padahal saat kami kroscek langsung ke kantor PT Pertamina di Banjarmasin, Kamis kemarin, mereka bilang kuota tak berkurang. Pasokan ke SPBUN Tabanio tetap seperti biasa yakni 110 ribu liter per bulan," papar mereka.
Tokoh warga Tabanio H Yusdiansyah menuturkan tiap kapal hanya mendapatkan jatah sekitar dua drum atau 440 liter.
Baca juga: BREAKING NEWS - Nelayan Tabanio Tanahlaut Ngeluruk ke Kantor Desa, Protes Sulitnya Dapatkan Solar
Baca juga: Pacu Pengembangan Wisata, Pemkab Tanahlaut Gandeng Pihak Swasta
Dengan jumlah kapal nelayan di Tabanio sebanyak 154 unit, berarti hanya sekitar 67.760 liter solar yang tersalurkan.
Itu artinya masih tersisa sekitar 42.240 liter.
"Pertanyaan kami, kemana sisa solar untuk nelayan itu?" tandas H Yusdiansyah.
Kalangan nelayan setempat menengarai sisa solar untuk nelayan tersebut mengalir ke pihak lain yang tak berhak seperti ke pelangsiran dan ke pertambangan.
Kadang nelayan setempat lantaran sangat memerlukan solar untuk melaut terpaksa membeli solar di pelangsiran yang harganya cukup mahal, Rp 10-11 ribu seliter.
Sedangkan kalau di SPBUN murah, sesuai ketentuan hanya Rp 5.150.
Pembelian di SPBUN setempat pun, sebut mereka, juga tak persis sesuai ketentuan tersebut.
Mereka membeli solar per drum volume 220 liter seharga Rp 1.200.000 sehingga artinya per liter Rp 5.454.
Baca juga: Narkoba Kalsel - Polres Tanbu Ringkus Tiga Lelaki Diduga Pengedar, Dua Tersangka Warga Kotabaru
Baca juga: TMMD ke-113 Kodim 1005/Batola di Karang Mekar, Prajurit Gotong Royong Dirikan WC Umum
SPBUN di Tabanio beroperasional sejak sekitar sembilan tahun silam.
Lokasinya di lingkungan RT 21 tak jauh dari balai desa setempat.
Lantaran kerap kesulitan mendapatkan solar, Jumat hari ini mereka ngeluruk ke balai desa setempat.
Anang misalnya, dirinya yang memiliki kapal terbesar, sebelum bulan puasa kemarin hanya kebagian 1,5 drum, padahal keperluannya tiga drum.
"Tidak cukup, jadi saya tak bisa melaut. Sementara nyari di pelangsiran juga tak dapat, kalau pun dapat harganya mahal hingga Rp 10 ribu seliter," keluhnya.
(banjarmasinpost.co.id/roy)