Berita HSS

Kacangai dari Biji Kepayang, Penganan Tradisional yang Langka, Penjualnya Hanya Ada Dua di Kandangan

jika biji kepayang selama ini hanya dikenal sebagai kluwek bumbu rawon, di Hulu Sungai Selatan, biji kepayang yang masih segar bisa dijadikan panganan

Penulis: Eka Pertiwi | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/eka pertiwi
di Kota Kandangan hanya ada dua pedagang kepayang. 

Makanya ada istilah mabuk kepayang.

Disamping asam sianida, terdapat pula beberapa zat yang tergandung dalam keluak, seperti asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin.

Lalu bagaimana pengrajin kepayang atau kacangai di Kabupaten Hulu Sungai Selatan?Sayangnya pengrajin panganan ini tak banyak.

Misal di Kota Kandangan hanya ada dua pedagang kepayang.

Keduanya pun merupakan keluarga dan berasal dari Desa Jambu Hulu Kecamatan Padang Batung.
Keduanya biasanya berjualan di Pasar Rakyat Terpadu Kandangan.

Pedagang sekaligus pengrajin panganan kacangai ini bernama Aminah dan Lisadawati.

Aminah menyebut membuat kacangai ini mudah-mudah susah.

Dalam sehari Aminah mampu mengolah 400 biji kepayang.

Biji kepayang ini diperolehnya dari petani di daerahnya atau dari Kecamatan Loksado.

Ada yang menjual per biji ada juga yang berjualan per pohon.

Jika per biji, harga kepayang dihargai Rp 20 hingga Rp 25 ribu per 100 biji.

Kalau per pohon dihargai Rp 250 ribu.

Dalam sehari Aminah mampu mengolah kacangai sebanyak 400 biji.

Pengolahannya juga tergantung ketersediaan buah kepayang.

Jika buah sedang kosong, ia tidak akan mengolah.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved