Idul Adha 2022
Buya Yahya Ingatkan Cara Memilih Hewan Kurban, Simak Niat dan Doa Menyembelih
Tak sampai satu bulan, umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha 2022. Buya Yahya menjelaskan ketentuan memilih hewan kurban.
BANJARMASINPOST.CO.ID - PP Muhammadiyah menetapkan Idul Adha 1443 H bertepatan 9 Juli 2022.
Tak sampai satu bulan, umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha 2022. Buya Yahya menjelaskan ketentuan memilih hewan kurban.
Hari Raya Idul Adha 1443 H jatuh pada tanggal 10 Zulhijah di kalender Islam.
Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Haji disebut pula Hari Raya Kurban, sebab itu umat muslim dianjurkan menunaikan ibadah kurban.
Dalam menjalankan ibadah kurban, hewan kurban yang telah dibeli atau milik sendiri hasil diternak disembelih sesuai ketentuan syariat Islam.
Saat menyembelih, diperintahkan untuk berniat dan membaca doa.
Baca juga: Bagaimana Niat Puasa Senin Kamis Sekaligus Qadha Ramadhan?, Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Baca juga: Selain Doa, Ayat Ini Dianjurkan Dibaca Sebelum Tidur, Hindarkan Gangguan Setan yang Hadir di Mimpi
Berikut adalah niat dan doa berkurban di Hari Raya Idul Adha:
1. Niat Kurban di Hari Raya Idul Adha
نويت أن أاضحي للهِ تَعَالى
Nawaitu an udhahhi lillaahi ta’aalaa
Artinya, “Saya niat berkurban karena Allah Ta’ala.”
2. Bacaan Saat Menyembelih Hewan Kurban
doa menyembelih hewan kurban sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّيْ
Bismillaahi wallaahu akbaru allaahumma minka walaka - Allahumma taqobbal minni
Artinya : Dengan nama Allah (aku menyembelih), Allah maha besar. Ya Allah (ternak ini) dari-Mu (nikmat yang engkau berikan, dan kami sembelih) untuk-Mu. Ya Allah! Terimalah kurban dariku" (HR Muslim).
Namun secara umum, sah saja jika membaca doa singkat sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَ
Arab-Latin: Bismillahi wallahu akbar
Artinya: Dengan menyebut nama Allah dan Allah Maha Besar.
Simak Videonya, KLIK
Ketentuan Memilih Hewan Kurban
Buya Yahya menjelaskan dalam memilih hewan kurban sesuai syariat tidak ada batasan bobot.
"Akan tetapi ada rambu-rambu atau ketentuan yang harus yang harus dipenuhi, yang mana semua aturannya itu nanti mengarah kepada bobot," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Buya Yahya.
Tujuan pemilihan hewan kurban adalah bobot namun tidak disebutkan secara gamblang mengenai bobot atau masa dari hewan kurban.
Contohnya adalah bertandung, gigi jatuh yang menunjukkan usianya sudah cukup.
Baca juga: Tak Dapat Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku, Sapi Kalsel Ditolak Masuk Kaltim
Misalnya kambing, jika berusia cukup maka kambing tersebut akan memiliki masa atau bobot yang besar.
"Pun pada sapi, jika usianya cukup bukan lagi disebut anak sapi. Tujuannya mengarah ke timbangan tapi tidak disebutkan timbangannya," terang Buya Yahya.
Ia pun menuturkan semakin besar maka semakin bagus. Bahkan ada sapi berbobot hingga 1 ton menurutnya hal ini sangat bagus.
Buya Yahya mengatakan memilih bobot besar sapi atau hewan kurban lainnya dibolehkan dan justru bermanfaat bagi penerima.
"Hewan kurban yang besar Masya Allah lebih baik untuk Allah dan Rasul-Nya, berkurban demikian penuh dengan kebaikan," ujar Buya Yahya.
Pembagian Daging Kurban
Buya Yahya menerangkan dalam pembagian daging kurban tidak ada ketentuan khusus.
"Hanya meratakan itu penting menghindari daripada kecemburuan, tidak ada batasan khusus," jelasnya.
Sebab sebagian orang yang belum bisa mengendalikan emosi, melihat seseorang mendapat bagian lebih banyak atau tidak rata bisa jadi akan marah.
Meski harus adil, boleh pula pembagian daging kurban disesuaikan dengan kondisi penerima yang bersangkutan.
"Misalnya keluarga ini punya anak cuma 1 kemudian diberi 1/2 kg, sementara keluarga itu fakir punya anak 10, masa diberi 1/2 kg juga, bisa disesuaikan dan ini sah," kata Buya Yahya.
Baca juga: Viral Pemindahan Sapi Menggunakan Crane, Petugas Pelabuhan Samarinda : Sudah Sejak 2008
Ia pun mengimbau kepada siapapun yang menerima daging kurban tidak perlu iri dengan orang lain, sebab itu adalah rezeki dan berkah.
Yang perlu dituntut adil adalah panitianya bukan dengan hawa nafsu.
Bagi panitia yang membagi tidak seharusnya menggunakan perasaan pribadi, misal memberi kepada yang tidak disukai lebih sedikit.
"Karena ketidakadilan itu menjadikan sebab ketidakbaikan hati, kecemburuan, kebencian, dan seterusnya, cara kita membagi penuh perasaan, pertimbangan, dan kasih sayang menjadikan cara kita membaginya akan benar nanti," pungkas Buya Yahya.
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
