Religi

Hikmah Puasa Tasua dan Asyura, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Ungkapan Rasa Syukur

Puasa adalah ibadah yang dianjurkan bagi kaum muslim, termasuk di bulan Muharram. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hikmah puasa Tasua dan Asyura.

Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
idc.or.id
Puasa Tasua dan Puasa Asyura Bisa menghapus dosa 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Puasa adalah ibadah yang dianjurkan bagi kaum muslim, termasuk di bulan Muharram. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hikmah puasa Tasua dan Asyura.

Setelah bulan Zulhijah 1443 Hijriyah nantinya berakhir, maka akan memasuki tahun baru diawali 1 Muharram 1444 Hijriyah.

Terdapat amalan-amalan sunnah yang bagus dikerjakan umat Islam, salah satunya puasa di Bulan Muharram.

Di bulan Muharram terdapat amalan sunnah yang tidak ditemukan di bulan-bulan lain, yaitu puasa Tasua'a dan Asyura.

Puasa Asyura yakni puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram, sedangkan puasa Asyura pada tanggal 9 Muharram. Kedua puasa ini hukumnya sunnah bagi umat muslim.

Apa hikmah puasa Asyura yang dikerjakan di bulan Muharram?

Baca juga: Referensi Link Twibbon Hari Anak Nasional 2022, Siap Dibagikan di Sosial Media

Baca juga: Fakta Amalan 1 Muharram Dijelaskan Buya Yahya, Waspada Dalil Palsu dan Ingatkan Penisbatan

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan Nabi Muhammad SAW sewaktu berada di Madinah menyaksikan orang-orang Yahudi melaksanakan ibadah puasa. Nabi SAW pun mengkonfirmasi kebiasaan puasa kaum tersebut yang sesuai dengan tanggal 10 di bulan Muharram.

"Kebiasaan puasa kaum Yahudi itu sesuai dengan tanggal puasa Asyura yang ditunaikan di hari ke-10 di bulan Muharram. Nabi bertanya kepada para sahabat dan kaum Yahudi saat itu, kaum Yahudi menjawab mereka melakukan puasa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada Musa As dan pengikut beliau dari kekejaman Fir'aun laknatullah," terang Ustadz Adi Hidayat dikutip dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Kaum Yahudi menyatakan tanggal 10 Muharram adalah waktu yang baik sebab Allah telah menyelamatkan Nabi Musa As dan Bani Israil.

Lantas Rasulullah SAW pun menanggapi, dirinya lebih berhak melestarikan dan menyempurnakan syariat-syariat Nabi Musa.

Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada para sahabat untuk menerapkan puasa sebagai syukur kepada Allah SWT atas perlindingan Allah kepada Nabi Musa dan kaumnya di masa lampau.

Tak hanya saat itu, Nabi SAW juga mencontohkan puasa tersebut rutin dilakukan di tahun-tahun berikutnya yang dikenal dengan puasa Asyura bertepatan 10 Muharram. Hadist ini diriwayatkan Imam Al-Bukhari.

"Hadist ini setidaknya mengonfirmasi tiga hal yang menjadi keistimewaan serta dapat kita raih hikmahnya, serta dapat melestarikan hukum yang ada di dalamnya, pertama saya lebih berhak melestarikan syariat Nabi Musa, hal ini menunjukkan syariat yang dibawa nabi mulai dari nabi Adam bersumber dari Tuhan yang sama" jelas Ustadz Adi Hidayat.

Syariat itu menimbulkan ketundukkan dan kepatuhan dan menciptakan kedamaian yang disebut Islam. Maka dari itu sejak Nabi Adam As hingga nabi Muhammad SAW membawa risalah yang sama, diin yang sama yaitu syariat Allah SWT.

Inilah peran Nabi SAW untuk menutup dan menyempurnakan risalah yang dibawa nabi sebelumnya sesuai dengan masa dan eranya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved