Religi
Keutamaan Puasa Asyura Diungkap Ustadz Khalid Basalamah, Diampuni Dosa Setahun Lalu
Ustadz Khalid Basalamah mengungkapkan keutamaan puasa Asyura.Puasa Asyura dianjurkan bagi umat Islam di Bulan Muharram 1444 H.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Puasa Asyura dianjurkan bagi umat Islam di Bulan Muharram 1444 Hijriyah nanti. Ustadz Khalid Basalamah mengungkapkan keutamaan puasa Asyura.
Tinggal menghitung hari menuju pergantian tahun baru Islam dari 1443 Hijriyah menuju 1444 Hijriyah, yang mana diawali bulan pertama yaitu Muharram.
Sebagaimana bulan-bulan lainnya, terdapat amalan-amalan di bulan Muharram yang dianjurkan bagi kaum muslim.
Amalan atau ibadah tersebut lah membuat bulan Muharram memiliki keutamaan tersendiri.
Baca juga: Tulang Tubuh Kuat Imbas Makan Ikan Toman, dr Zaidul Akbar Bagikan Resep Mengolahnya
Baca juga: Doa Ketika Bercermin Dijabarkan Ustadz Khalid Basalamah, Allah Berikan Kecantikan dan Ketampanan
Puasa Asyura adalah salah satu amalan sunnah di bulan Muharram, dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Puasa sunnah ini bahkan hanya ada di bulan Muharram.
Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan keutamaan puasa Asyura bagi kaum muslimin yang mengerjakan adalah akan diampuni dosa-dosa dan kesalahan.
"Puasa Asyura meskipun hukumnya sunnah namun penekanannya luar biasa, apalagi keutamaannya bisa membersihkan dosa setahun lalu atau selama 365 hari," jelas Ustadz Khalid Basalamah dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Islam Terkini.
Ia mengungkapkan, pada awal-awal Islam hukum puasa Asyura adalah wajib sebelum adanya bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan disyariatkan pada tahun 2 hijriyah atau sebelum perang badar. Sehingga belum ada puasa Ramadhan melainkan hanya ada puasa Asyura.
Disebutkan dari Ar-Rubayyi Binti Mu'awwidz Ra Hadist Alh-Bukhari Muslim, bahwasanya Nabi Muhammad SAW pernah mengutus seseorang untuk mendatangi perkampungan orang Anshor di Madinah, untuk menyampaikan pesan, barangsiapa di pagi harinya sudah makan maka hendaknya ia puasa sampai maghrib di hari Asyura.
"Dan barangsiapa yang sudah puasa lanjutkan puasanya, dan kami juga mengajak ana-anak yang belum baligh untuk berpuasa. Jika si anak menangis, mereka berupaya untuk menghibur agar si anak tetap berpuasa hingga maghrib," paparnya.
Ia mengingatkan, dalam mendidik anak tidak mengajarkan puasa setengah hari. Sebab tidak aturan syariat yang membolehkan demikian.
Setelah adanya bulan ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah hukumnya. Disebutkan Aisyah Ra, puasa Asyura adalah puasa yang dilakukan orang-orang Quarisy di masa jahiliyah. Saat Rasulullah SAW ke Madinah, beliau memerintahkan agar umat Islam mengerjakan puasa Asyura.
Namun setelah adanya bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW memberikan kelonggaran bagi yang bisa mengerjakan puasa Asyura maka kerjakan, bagi yang tidak dapat berpuasa juga tidak apa-apa.
Inilah keutamaan dan menjadi pembeda dari puasa-puasa sunnah lainnya misalnya Senin Kamis, Arafah, dan lainnya yang asalnya tidak wajib, namun puasa Asyura mulanya wajib.
Selain berpuasa Asyura di bulan Muharram, kaum muslim juga dianjurkan puasa Tasu'a pada tanggal 9 Muharram.
"Beranjak dari hadist Ibnu Abbas Ra, hari Asyura yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW untuk puasa adalah hari yang diagungkan kaum Yahudi dan Nasrani, sementara mereka tidak sejalan dengan umat Islam, maka Nabi SAW bersabda, kalau masih hidup tahun depan kita akan ikutkan puas 10 Muharram dengan puasa 9 Muharram, hanya saja sebelum memasuki bulan Muharram tahun depannya pada saat itu, Nabi SAW wafat," terang Ustadz Khalid Basalamah.
Ia menerangkan bulan Muharram adalah bulan luar biasa, selama satu bulan umat Islam memiliki peluang besar untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Penjelasan mengenai bulan Muharram dan bulan-bulan lainnya dalam tahun Hijriyah termaktub dalam Surat At-Taubah Ayat 36.
Baca juga: Kapan Masuk 1 Muharram 1444 H ? Ustadz Adi Hidayat Ungkap Keutamaan Bulan Pertama Hijriyah
Surat At-Taubah Ayat 36
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Arab-Latin: Inna 'iddatasy-syuhụri 'indallāhiṡnā 'asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa min-hā arba'atun ḥurum, żālikad-dīnul-qayyimu fa lā taẓlimụ fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatang kamā yuqātilụnakum kāffah, wa'lamū annallāha ma'al-muttaqīn
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
"Maknanya adalah bulan di sisi Allah bagi orang-orang beriman harus dijadikan sebagai pegangan dalam hidup ada 12 bulan dalam satu tahun disebut bulan-bulan Hijriyah, secara berurutan dimulai Bulan Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah," tutur Ustadz Khalid Basalamah.
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)