Religi
Jadwal Tasua dan Asyura, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Makna Puasa Sunnah Muharram
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hikmah puasa Tasu'a dan Asyura memasuki Muharram 1444 Hijriyah.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Puasa Tasua dilakukan pada 9 Muharram. Nah, memasuki Muharram 1444 HIjriyah, puasa Tasua bertepatan 7 Agustus 2022.
Satu puasa sunnah lain memasuki 10 Muharram 1444 Hijriyah dikenal Asyura.
Puasa asyura tahun ini bertepatan dengan 8 Agustus 2022.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan hikmah puasa Tasu'a dan Asyura memasuki Muharram 1444 Hijriyah.
Setelah bulan Zulhijah 1443 Hijriyah nantinya berakhir, maka akan memasuki tahun baru diawali 1 Muharram 1444 Hijriyah.
Baca juga: Pemerintah Provinsi Kalsel Rogoh Rp 3 Miliar untuk Akses MTQ Nasional di Kiram Park
Baca juga: Masih Ngantuk di Pagi Hari, Hindari Konsumsi 3 Jenis Makanan Dipaparkan dr Zaidul Akbar
Terdapat amalan-amalan sunnah yang bagus dikerjakan umat Islam, salah satunya puasa di Bulan Muharram.
Di bulan Muharram terdapat amalan sunnah yang tidak ditemukan di bulan-bulan lain, yaitu puasa Tasua'a dan Asyura.
Puasa Asyura yakni puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram, sedangkan puasa Asyura pada tanggal 9 Muharram. Kedua puasa ini hukumnya sunnah bagi umat muslim.
Apa hikmah puasa Asyura yang dikerjakan di bulan Muharram?
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan Nabi Muhammad SAW sewaktu berada di Madinah menyaksikan orang-orang Yahudi melaksanakan ibadah puasa. Nabi SAW pun mengkonfirmasi kebiasaan puasa kaum tersebut yang sesuai dengan tanggal 10 di bulan Muharram.
"Kebiasaan puasa kaum Yahudi itu sesuai dengan tanggal puasa Asyura yang ditunaikan di hari ke-10 di bulan Muharram. Nabi bertanya kepada para sahabat dan kaum Yahudi saat itu, kaum Yahudi menjawab mereka melakukan puasa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada Musa As dan pengikut beliau dari kekejaman Fir'aun laknatullah," terang Ustadz Adi Hidayat dikutip dari kanal youtube Adi Hidayat Official.
Kaum Yahudi menyatakan tanggal 10 Muharram adalah waktu yang baik sebab Allah telah menyelamatkan Nabi Musa As dan Bani Israil.
Lantas Rasulullah SAW pun menanggapi, dirinya lebih berhak melestarikan dan menyempurnakan syariat-syariat Nabi Musa.
Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada para sahabat untuk menerapkan puasa sebagai syukur kepada Allah SWT atas perlindingan Allah kepada Nabi Musa dan kaumnya di masa lampau.
Tak hanya saat itu, Nabi SAW juga mencontohkan puasa tersebut rutin dilakukan di tahun-tahun berikutnya yang dikenal dengan puasa Asyura bertepatan 10 Muharram. Hadist ini diriwayatkan Imam Al-Bukhari.
"Hadist ini setidaknya mengonfirmasi tiga hal yang menjadi keistimewaan serta dapat kita raih hikmahnya, serta dapat melestarikan hukum yang ada di dalamnya, pertama saya lebih berhak melestarikan syariat Nabi Musa, hal ini menunjukkan syariat yang dibawa nabi mulai dari nabi Adam bersumber dari Tuhan yang sama" jelas Ustadz Adi Hidayat.

Syariat itu menimbulkan ketundukkan dan kepatuhan dan menciptakan kedamaian yang disebut Islam. Maka dari itu sejak Nabi Adam As hingga nabi Muhammad SAW membawa risalah yang sama, diin yang sama yaitu syariat Allah SWT.
Inilah peran Nabi SAW untuk menutup dan menyempurnakan risalah yang dibawa nabi sebelumnya sesuai dengan masa dan eranya.
Keistimewaan kedua, Nabi Muhammad Saw memberikan keteladanan kepada umat Islam bahwa segala bentuk nikmat baik berupa pemberian yang didapat dan pertolongan yang diberikan Allah SWT saat mengalami ujian atau musibah, misalnya terbebas dari lilitan utang piutang, terbebas dari kejaran, ancaman dan lainnya.
Maka adab umat muslim adalah menampilkan puncak syukur kepada Allah, yakni dengan meningkatkan shalat, doa, dan kurban, serta meningkatkan sifat berbagi.
Baca juga: Gelar Karnaval 1 Muharram, Siswa SDN Bata Dapat Kejutan dari Kadisdikbud Balangan
Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Alquran Surah Al-Kautsar ayat 1-3. Semua nikmat dan pertolongan Allah hendaknya disyukuri dengan meningkatkan amal shaleh.
Sebagaimana mensyukuri Nabi Musa As dengan berpuasa, Nabi Muhammad SAW mensyukuri pertambahan usia dan jaminan surga dengan puasa dan meningkatkan shalatnya.
Keistimewaan puasa Asyura yang ketiga adalah bisa mengugurkan dosa setahun yang lalu. Para ulama berpendapat, dosa yang dimaksudkan adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar yang mengharuskan umat muslim bertaubat sungguh-sungguh.
Niat Puasa Tasu'a
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada'i sunnatit taasuu'aa sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: Saya niat puasa Tasu'a, sunah karena Allah Ta’ala

Niat Puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa
Artinya: Saya niat puasa Asyura, sunah karena Allah Ta’ala
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)