Universitas Lambung Mangkurat
Ajak Mahasiswa Berpikir Kritis dan Inovatif, ULM Bedah 3 Buku Dari 3 Penulis Berpengalaman
Tiga buku hasil penulisan tiga orang guru besar dibahas bersama di Aula Rektorat Universitas Lambung Mangkurat (ULM) di Banjarmasin, Kalsel.
Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINSPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Membuka awal tahun akademik baru 2022/2023, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengajak ratusan mahasiswanya untuk mengasah nalar dan berpikir kritis dalam kegiatan Bedah Buku.
Diinisiasi FKIP ULM, bukan satu atau dua, namun tiga judul buku sekaligus dibahas dalam Bedah Buku yang dilaksanakan di Aula Rektorat, Jalan Brigjen Hasan Basri, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Selasa (23/8/2022).
Buku pertama yang dibedah berjudul Mengelola Harapan karya Ditektur Pendidikan Tinggi dan IPTEK BAPPENAS RI, Tatang Muttaqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D.
Buku kedua berjudul Membukukan Artikel Akademis karya Rektor ULM, Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc.
Sedangkan buku ketiga berjudul Menjawab Persoalan Pendidikan karya Guru Besar Pendidikan Anak Berbakat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Rahmat Wahab, M.Pd., M.A.

Ketiga merupakan buku yang mengangkat atau mengandung tema seputar pendidikan ini dibedah secara spesifik oleh tiga pembahas.
Mereka yaitu Guru Besar Pendidikan IPS FKIP ULM, Prof. Dr. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, BA, M.Pd, Guru Besar Pendidikan Khusus FKIP ULM, Prof. Dr. H Amka, M.Si dan Guru Besar Pendidikan Geografi FKIP ULM, Prof. Dr. Deasy Arisanty, S.Si, M.Sc.
Dipandu Moderator Guru Besar Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP ULM, Prof. Dr. H Jumadi, M.Pd, satu persatu penulis buku menceritakan intisari dan latarbelakang buku karyanya masing-masing.
Diawali oleh Tatang yang memaparkan buku Mengelola Harapan ditulis seperti sebuah jurnal dan pengamatannya sehari-hari memperhatikan penerapan sistem-sistem pendidikan di berbagai negara yang pernah Ia dan anak-anaknya jalani termasuk di Eropa maupun Semenanjung Korea.
Orang Eropa, kata dia, begitu memperhatikan kondusifitas dan kenyamanan situasi dan kondisi belajar-mengajar untuk memaksimalkan konsentrasi dan penyerapan ilmu secara optimal. Kualitas lebih penting dibanding kuantitas waktu belajar.
Hal ini sedikit berbeda dengan di Korea Selatan yang menuntut anak-anak didik menghabiskan mayoritas waktunya dalam sehari untuk belajar formal maupun non-formal.
Meski ada berbagai konsep berbeda yang diterapkan, Ia menarik kesimpulan bahwa kebahagiaan adalah kunci meraih sukses dalam melaksanakan suatu tugas termasuk pada level pendidikan sekolah maupun di dunia kerja.
"Kunci pendidikan, kalau bahagia dia akan optimal. Happiness (kebahagiaan) itu membuat passion (gairah) bekerja dan berkarya bisa optimal," ujar Tatang.
Selain itu, melalui penelitian lainnya disimpulkan bahwa faktor latarbelakang individu dan keluarga menjadi faktor terbesar dalam pencapaian prestasi seorang anak didik.
"66 persen yang menentukan siswa berprestasi adalah latarbelakang individu dan keluarga. Guru dan fasilitas sekolah tidak terlalu berpengaruh banyak," kata Tatang.