Selebrita
Insiden Menegangkan di Ruang Mediasi Roro Fitria dan Andre Irawan, Dikira Meledek Langsung Menyerang
Bukannya mediasi antara Roro Fitria dan Andre Irawan itu menjadi dingin, justru menjadi tegang karena terjadi salah paham kedua kubu.
Menurut Worthington, memaafkan juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis, yang memperlambat pernapasan dan detak jantung, serta meningkatkan pencernaan.
Ini juga dikenal sebagai respons "istirahat dan cerna" (mengendalikan fungsi tubuh biasa) - atau kebalikan dari respons melawan-atau-lari (yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik yang lebih berat).
Sistem saraf simpatik dan parasimpatis bekerja bersama, sehingga tubuh Anda dapat mengatur hal-hal seperti tekanan darah dan detak jantung, dan berfungsi sebagaimana mestinya, baik dalam situasi stres maupun saat-saat tanpa stres.
Tetapi, ketika seseorang berada di bawah tekanan kronis - yang dapat terjadi ketika seseorang menahan amarah - tubuh kemungkinan bertahan dalam respons melawan-atau-lari terlalu lama.
“Sistem saraf parasimpatis adalah bagian yang menenangkan dari sistem saraf, sehingga ini bisa mematikan rangsangan berlebihan pada area tertentu,” kata Worthington.
: Alasan Kita Jadi Lebih Gampang Memaafkan Saat Idul Fitri
Apa pun yang dapat dilakukan seseorang untuk menenangkan diri ketika mengalami stress, akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dengan cara ini, termasuk saat memaafkan.
Selain itu juga dapat membantu pikiran dan tubuh, karena membawa sistem saraf simpatik dan parasimpatis lebih seimbang.
Ada penelitian yang menunjukkan, bahwa efek memaafkan kemungkinan memang signifikan dalam hal mempengaruhi hasil kesehatan, seperti fungsi kardiovaskular.
Dalam meta-analisis yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, para peneliti menemukan bahwa kemarahan dan permusuhan terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, serta hasil yang lebih buruk bagi orang yang sudah memiliki penyakit tersebut.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine meneliti memaafkan sebagai prediktor kematian, dan menemukan hubungan yang signifikan secara statistik.
Dari catatan penulis penelitian, memaafkan orang lain dikaitkan dengan penurunan risiko semua penyebab kematian.
3. Memaafkan Membantu Menurunkan Risiko Gangguan Psikologis
Menurut Worthington, tindakan tidak memaafkan seseorang atau menolak memaafkan seseorang hampir selalu ditandai dengan merenungkan dan memikirkan masalah tersebut berulang kali.
“Kita semua akan memikirkan masalah, tetapi caranya berbeda pada setiap individu. Beberapa orang melakukannya dengan marah, beberapa orang memikirkannya dengan putus asa atau merasa tertekan. Yang lain melakukannya dengan cemas,” kata Worthington.
