Religi
Hukum Perayaan Maulid Nabi, Ustadz Abdul Somad Jelaskan Landasan Dalilnya
Penceramah Ustadz Abdul Somad menjelaskan dalil dan hukum perayaan maulid Nabi Muhammad SAW.
Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Ustadz Abdul Somad menjelaskan dalil dan hukum perayaan maulid Nabi Muhammad SAW
Ditekankan Ustadz Abdul Somad, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW ada landasan dalil yang mendasarinya.
Selain itu, Ustadz Abdul Somad mengatakan perayaan maulid Nabi adalah sarana untuk lebih mencintai dan meneladani Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam.
Saat ini memasuki bulan Rabiul Awal 1444 Hijriyah yang dikenal dengan bulan maulid, bulan ketiga sistem kalender Islam.
Tradisi yang berkembang di Tanar Air adalah memperingati atau merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap masuk bulan Rabiul Awal.
Baca juga: MTQ Nasional, Kakanwil Kemenkumham Kalsel Pastikan Layanan Keimigrasian di Syamsuddin Noor Optimal
Baca juga: Kiat Menjadi Wanita Salehah, Buya Yahya Ingatkan Sikap Istiqomah dan Pelihara Mata Serta Telinga
Biasanya acara maulid Nabi digelar di tempat keagamaan umat Islam, mesjid atau mushalla.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan terdapat dalil yang menceritakan tentang maulid Nabi diperingati setiap tahunnya.
"Si kafir Abu Lahab yang telah jelas dicela Allah Ta'ala kekal selamanya di dalam neraka, menurut riwayat dia diringankan siksanya setiap hari Senin, diringankan adzabnya karena senang menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW," jelas Ustadz Abdul Somad dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube TAMAN SURGA. NET.
Bagaimana dengan kaum muslimin yang sepanjang umurnya yang senang menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW dan mati dalam keadaan bertauhid? Maka Allah akan melimpahkan pahala dan keberkahan.
Kisah Abu Lahab tersebut termaktub pada Kitab Navadim Zajip Antusoha yang ditulis oleh Sayid Muhammad Bin Alwi Bin Abbas Al Hasani Al Maliqi, ulama besar Mekkah Al Mukaromah.
Selanjutnya, perintah puasa Asyura 10 Muharram turun karena dianggap hari baik Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as dan menenggelamkan Fir'aun.
"Allah menyelematkan Musa menenggelamkan Fir'aun terjadi sekali, sedangkan puasa Asyura diulang setiap tahun selama 3.000 tahun, itulah dalil boleh mengulangi peristiwa yang sama setiap tahun, mensyukuri atas nikmat selamatnya Nabi Musa as," paparnya.
Nikmat yang lebih besar dari selamatnya Nabi Musa as, Ustadz Abdul Somad menyebut nikmar itu adalah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Amalan Shalat 40 Rakaat, Ustadz Adi Hidayat Sebut Menambah Kekuatan Spiritual, Intelektual, & Mental
Dalil berikutnya, Ustadz Abdul Somad menjelaskan hadist untuk mengingatkan kaum muslim tentang hari-hari Allah, artinya ingatkan nikmat sehat, nikmat anak, nikmat makan, nikmat iman dan Islam.
"Nikmat terbesar adalah iman dan Islam, betul, umat Islam tahu iman dan Islam karena kehadiran Nabi Muhammad SAW, maka kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah nikmat terbesar," terangnya.
Peringatan maulid Nabi boleh dilakukan disertai syarat yakni ada pembacaan Alquran. Perayaan maulid sendiri telah dibolehkan oleh para ulama ahli sunnah wal jamaah.

Adanya peringatan maulid Nabi juga bertujuan untuk mengenalkan dan mengingatkan adanya hari kelahiran Rasulullah SAW.
Di antara bacaan-bacaan maulid Nabi Muhammad SAW yaitu bacaan shalawat yang dikumandangkan bersama-sama.
Ustadz Abdul Somad mengatakan berharap mendapat syafaat Rasulillah SAW, pada saat sakaratul maut orang suka bershalawat dibantu waktu sakaratul maut menjadi ringan.
Sehingga acara majelis maulid Nabi sesungguhnya adalah majelis shalawat. Sarana atau tempat yang sangat menunjang umat Islam memperbanyak shalawat.
Baca juga: Cara Mencintai Pasangan dalam Islam, Ustadz Khalid Basalamah Jelaskan Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW
Bacaan Shalawat Nabi Muhammad SAW
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.”
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”
Shalawat Ibrahimiyah
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
(Allahumma shalli ‘alaa muhammd wa ‘alaa aali muhammad)
كما صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ
(Kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim)
وعلى آلِ إبْراهِيمَ
(Wa ‘alaa aali ibraahiim)
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
(Wabarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad)
كما بَاركْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ
(Kamaa baa rakta ‘alaa ibraahiim)
وَعَلَى آل إبراهيم
(Wa ‘alaa aali ibraahiim)
في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(Fil ‘aalamiina innaka hamiidun majiid)
Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Limpahkanlah pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya di semesta ini Engkau Maha Terpuji dan Agung.”
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)