Religi
Kiat-kiat Shalat Diterima Allah SWT, Ustadz Adi Hidayat Uraikan Pertanda Berikut
Ustadz Adi Hidayat terangkan kiat agar shalat diterima oleh Allah SWT, simak penjelasan pendakwah ini
Penulis: Mariana | Editor: Irfani Rahman
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan kiat-kiat shalat diterima Allah SWT.
Dituturkan Ustadz Adi Hidayat, semua amalan termasuk shalat memiliki makna, tujuan, dan manfaat.
Makna dari amalan sudah tampak dalam kehidupan menurut Ustadz Adi Hidayat bisa jadi kiat atau cara Allah akan menerima amalan umat muslim.
Amalan wajib atau fardhu yang harus dikerjakan umat Islam tersurat dalam Rukun Islam, di antaranya shalat, puasa, dan zakat.
Baca juga: Cara Mengusir Was-was Setan, Ustadz Adi Hidayat Beri Penjelasan
Baca juga: Syarat Gambar dan Patung Boleh Digunakan, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Untuk Mainan Anak & Pendidikan
Meski telah dikerjakan, rupanya amalan-amalan tersebut belum serta merta langsung diterima Allah SWT, apalagi tidak dikerjakan.
Amal ibadah yang dihukumi wajib, bagi yang mengerjakan mendapat pahala dan meninggalkan akan mendapat dosa.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan semua ibadah bukan tanpa makna, semua ibadah yang diberikan Allah mempunyai fungsi, tujuan, dan manfaat.
"Misal shalat, punya lima manfaat, jika orang yang shalat tidak mendapatkan lima manfaat ini atau minimal satu di antara lima manfaat, berarti shalatnya ada yang tidak tepat," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Audio Dakwah.
Satu dari lima manfaat yang dirasakan patut disyukuri sebab ada penerimaan dari Allah SWT. Berbahaya jika satu pun di antara lima manfaat tidak dirasakan ini menandakan belum diterima shalatnya oleh Allah SWT.
Termaktub dalam Alquran Surah Al-‘Ankabut Ayat 45 yang berbunyi:
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā 'anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya'lamu mā taṣna'ụn
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
"Maknanya adalah shalat yang ditegakkan secara benar maka akan mencegah pelakunya dari sumber keburukan, sikap dan sifat buruk ada dua sumbernya fahsya dan munkar, fahsya keburukan yang datang dari syahwat misal pornografi, pornoaksi, LGBT, kata-kata dan gambar jorok," paparnya.
Baca juga: Jenis Bacaan Shalawat Nabi, Buya Yahya Jabarkan Amalan di Bulan Rabiul Awal
Baca juga: Makna Anjuran Memanjangkan Jenggot, Ustadz Abdul Somad Jelaskan Mendapat Pahala Allah SWT
Sehingga kaum muslim yang shalat secara benar tak akan berucap kotor maupun masih menikmati video dan tontonan yang buruk.
Kalau merasa kurang baik jangan pertahankan keburukan itu sebagaimana setan mempertahankannya.
Sedangkan munkar adalah keburukan yang diingkari oleh hati, sumbernya nafsu perut dengan akal.
Bentuk-bentuk keburukan tersebut adalah mencuri, korupsi, menipu, kolusi. Tidak ada orang shalat menipu, karena orang yang shalat ingat Allah dan mustahil bermaksiat atau berbuat buruk.
"Orang yang pascashalat kembali ke pekerjaan, mustahil bermaksiat, jadi selama Anda beribadah termasuk shalat ciri atau tanda menjauhi keburukan tidak ada maka ada yang salah dengan shalatnya," terag UAH.
Selanjutnya ibadah zakat, ciri penerimaan Allah adalah jika ada perasaan dalam hati umat muslim sudah tidak memperhatikan harta, senang berbagi, lebih tepat guna, lebih proporsional, dan punya visi.
Misalnya Allah memberikan rezeki untuk kebutuhan sebulan Rp 50 juta, namun ternyata kebutuhan hanya Rp 30 juta, dievaluasi, berarti Rp 20 juta adalah bekal ke surga.
Maka turunlah ayat Alquran Surat Al-Qashash Ayat 77
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
"Turunnya ayat ini bermakna rezeki dan amal seseorang berbeda, ada yang diberi rezeki cukup namun malamnya bisa Tahajud, ada pula yang diberi rezeki berlimpah maka disuruh mencari akhirat dengan rezeki atau nikmat yang diberikan, sedekah, infaq, dan harus ikhlas," tutur Ustadz Adi Hidayat.
Sementara orang yang puasanya diterima maka ada peningkatan dalam ketaqwaannya.
Simak Videonya, KLIK
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post