Bumi Saijaan
22 Sekolah Penggerak di Kotabaru Ikuti Bimbingan Melalui Kegiatan Lokakarya
Lokakarya angkatan kedua bertempat di bangsal SMPN 1 Kotabaru diikuti 22 sekolah penggerak.
Penulis: Herliansyah | Editor: Eka Dinayanti
Karena memaksa siswa memahami sesuatu di luar kemampuannya.
"Tidak memerdekakan, karena tuntutannya di luar kemampuan dia (siswa). Makanya sekarang pembelajaran itu harus berdeferensiasi. Sehingga siswa merasa merdeka dalam belajar," terang Kamil.
Ia menyontohkan, kalau siswa mampunya mengangkat barang 10 kilogram, disuruh mengangkat 20 kilogram, maka 20 kilogram itu sifatnya membebani.
"Membebani kan berarti tidak memerdekakan," bebernya kepada banjarmasinpost.co.id.
Maka dari itu dicarikan cara agar siswa dapat melaksanakan pembelajaran.
"Itu namanya berdeferensiasi. Dimaksimalkan sesuai potensi anaknya. Makanya dilakukan asesmen sebelum melakukan pembelajaran," ucapnya.
Sebab adanya hubungan antara kurikulum dengan asesmen.
Karena kurikulum berdasarkan hasil asesmen.
"Oh kemapuan siswanya seperti ini, berarti kurikukum disusun seperti ini. Makanya kurikulumnya disebut kurikulum operasional satuan pendidikan," tambahnya.
Setiap satuan pendidikan dibuat kurikulum yang berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Jika disamakan tidak berdeferensiasi.

(banjarmasinpost.co.id/herliansyah)
Terpenting capaian sama.
"Misal capaian 100 kilogram, mampunya 10 kilogram berarti 10 kali angkat. Kalau kemampuannya 20 kilogram berarti 5 kali angkat," imbuh Kamil memberikan penyontohan.
"Jadi masing-masing sekolah beda. Makanya di asesmen dulu, setelah asesmen baru buat kurikulum," pungkas Kamil.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Kotabaru H Selamat Riyadi mengatakan, sangat mendukung program ini.