Obesitas di Tanahlaut

Sabar Rawat Anak Obesitas Disabilitas, Warga Kurau Tala Cuma Dapat Penghasilan dari Menjual Kue

Sejak sang suami meninggal sekitar 20 tahun silam, Samsiah praktis menjadi kepala rumah tangga tulang punggung keluarga.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/roy
Samsiah, orangtua penyandang obesitas Kurau, tiap pagi berjualan di Pasar Subuh Kurau Utara.. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Beratnya beban hidup yang dijalani tak pernah menyurutkan semangat Samsiah (44) berjuang untuk tetap survive di tengah kondisi perekonomian yang masih terasa sulit hingga saat ini.

Warga Jalan Swadaya RT 02 RW 01 Desa Kurau Utara, Kecamatan Bumimakmur, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), ini terus bekerja keras semampunya.

Apalagi dirinya memiliki tiga orang putri yang seluruhnya belum berkeluarga.

Bahkan, anak sulungnya, Nur Sifa Sukma Wati (26) saat ini mengalami obesitas dan juga mengalami disabilitas mental.

Baca juga: Berbobot Sekitar 190 Kg, Perempuan Obesitas di Kurau Utara Tala Ini Juga Penyandang Disablitas

Baca juga: Rumah di Kurau Utara Tala Kebanjiran, Badan Sukma Pengidap Obesitas Terbaring Basah Beberapa Hari

Baca juga: Pemdes Kurau Utara Tala Bikinkan Lantai Tidur, Pengidap Obesitas Ini Tak Lagi Terpapar Banjir Rob

Sementara dua anaknya yang lain, Isnaniah (24) dan Siti Mahpujah (18), masing-masing telah bekerja membantu meringankan beban keluarga.

Keduanya bekerja di Kurau.

Isnaniah bekerja mengasuh anak, sedangkan Siti bekerja di toko ponsel.

Sejak sang suami meninggal sekitar 20 tahun silam, Samsiah praktis menjadi kepala rumah tangga tulang punggung keluarga.

Hingga sekarang ia masih berjuang sendiri (single parent).

Ia menuturkan sumber penghasilannya hanya dari usaha berjualan kue basah seperti ontok dan lain-lain.

Dirinya membikin sendiri kue tersebut dan menjualnya di pasar subuh di Kurau Utara.

Penghasilannya tak menentu.

Kadang jika jualannya ramai, sehari bisa dapat Rp 50-100 ribu.

Namun ini masih berupa pendapatan kotor.

Sebaliknya jika sepi, sehari cuma dapat Rp 50 ribu dan bahkan lebih rendah.

"Ramai berjualan kue cuma dua kali setahun yaitu kalau pas musim tanam dan musim panen padi," sebut Samsiah.

Samsiah mesti pandai mengatur keuangannya agar kebutuhan dasar tetap tercukupi.

Beruntung dua anaknya juga bekerja sehingga dapat membantu meringankan bebannya.

Pasang besar air laut yang terjadi sejak sepekan lalu yang meluapi sejumlah rumah warga (banjir rob), turut mengempaskan penghasilannya.

Samsiah kesulitan membikin kue karena rumahnya juga turut kebanjiran.

Genangan di atas lantai rumahnya sekitar satu kilan orang dewasa.

Air naik saat hari gelap dan dinihari baru surut.

Meski begitu Samsiah tetap berusaha membikin kue sebisa yang dilakukan di tengah kondisi rumah yang kebanjiran saat malam.

"Setelah banjir surut saya mulai bikin kue. Malam tadi setelah waktu subuh sudah surut," tutur Samsiah.

Ketinggian genangan di atas lantai rumahnya masih sekitar satu kilan orang dewasa.

(banjarmasinpost.co.id/roy)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved