Berita HSU
Anyam Enceng Gondok Menjadi Tikar, Warga Rukam Hilir HSU Habiskan Tiga Ikat Dalam Satu Minggu
warga Desa Rukam Hilir Kecamatan Amuntai Selatan yang memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan seperti tikar dari eceng gondok
Penulis: Reni Kurnia Wati | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI - Tanaman eceng gondok selama ini dikenal sebagai tanaman pengganggu atau gulma. Namun, ditangan warga Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) enceng gondok menjadi produk kerajinan tangan yang memiliki nilai jual tinggi.
Salah satunya adalah warga Desa Rukam Hilir Kecamatan Amuntai Selatan yang memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan anyaman seperti tikar.
Winda warga Desa Rukam Hilir Kecamatan Amuntai Selatan mengatakan dirinya sudah bertahun tahun menjadi pengrajin ecenggondok.
Eceng gondok dari daerah rawa diambil bagian batangnya yang kemudian dikeringkan.
Baca juga: Manfaatkan Enceng Gondok, Dosen Faperta ULM Latih Petani HSU Manfaatkan Gulma Jadi Pupuk Pelet
Baca juga: Pemko Banjarmasin Andalkan Kapal Sapu-sapu dan Perangkap Enceng Gondok di Sungai Martapura
Baca juga: Jalur Transportasi Tertutup Enceng Gondok, Distribusi Bahan Pokok ke Pamingggir HSU Terganggu
"Perlu waktu sekitar satu minggu untuk mengeringkan batang eceng gondook, kalau tidak sempat membuat bisa juga membeli satu ikat seberat dua kilogram batang eceng gondok dijual dengan harga Rp 24 ribu," ujarnya.
Kemampuan mengayam batang eceng gondok didapatkannya dari orangtua yang memang sudah turun temurun membuat kerajinan ini.
Untuk membuat tikar dengan ukurang sekitar 1,5 meter dijual dengan harga Rp 150 ribu. Perlu waktu sekitar satu minggu karena hanya sebagai pengisi waktu setelah mengerjakan pekerjaan rumah.
"Ada saja yang memesan, dan biasanay kami menjual tanpa pelitur atau pelapis agar lebih awet, pedagang yang menjual langsung ke pasar yang memberikan pelitur agar tikar lebih berwarna dan lebih awet," ujarnya. (Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)
