Religi

Alasan LGBT Dilarang dalam Islam, Ustadz Adi Hidayat Jabarkan Makna Berpasangan dalam Alquran

Penceramah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan mengenai larangan kaum sesama jenis atau LGBT dalam Islam.

Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
kanal youtube Audio Dakwah
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan tentang kenapa LGBT dilarang dalam aturan Islam. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan mengenai larangan kaum sesama jenis atau LGBT dalam Islam.

Dalam Alquran diterangkan Ustadz Adi Hidayat, Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan.

Ayat tersebut termaktub dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Ustadz Adi Hidayat menjabarkan makna sebenarnya dari kata berpasangan tersebut yang mana hakikatnya harus berbeda jenis.

Sebagaimana diketahui, LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender yang mana keseluruhan sebutan ini mengacu pada sesama jenis, misalnya laki-laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita.

Saat ini LGBT kembali viral di gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar. Diketahui selaku tuan rumah, Qatar menentang adanya pelaku maupun atribut LGBT di stadion tempat berlangsungnya laga piala dunia.

Terkait hal ini, timnas Jerman melakukan aksi protes adanya larangan LGBT oleh pihak penyelenggara dengan berpose menutup mulut mereka sebelum bertanding.

Baca juga: Waktu Terbaik Shalat Zuhur Muslimah di Hari Jumat, Simak Penjelasan Buya Yahya

Baca juga: Langkah-langkah Taubat Bagi Penyebar Foto Wanita Tak Berhijab, Buya Yahya Ingat Perbanyak Kebaikan

Ustadz Adi Hidayat menerangkan bisa menjadi pasangan jikalau berbeda, apabila sama maka bukan pasangan.

"Sepatu dihadirkan bukankah kanan dan kirinya sepasang? Coba kalau sepatu sama bentuknya bisa dipakai tidak? Tidak. Tangan diciptakan sepasang, sama-sama memiliki lima jari dengan panjang yang sama, tapi kan kanan dan kirinya beda," jelas Ustadz Adi Hidayat dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan sesuai fitrahnya maka harus berbeda sebagaimana Surah Al-Hujurat ayat 13.

Surah Al-Hujurat Ayat 13

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

"Ketika disebut zauji itu sudah fitrahnya berpasangan, sama-sama manusia namun ada laki-laki dan perempuan, laki-laki dengan laki atau perempuan dengan perempuan bukan zauj makanya tidak bisa disebut pasangan," papar Ustadz Adi Hidayat.

Karena itu Allah melarang adanya pergaulan sesama jenis, yang mengarah kepada hubungan keberpasangan, seksualitas dan sebagainya.

Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan keberpasangan tanpa mengikuti petunjuk ayat, sudah terancam, apalagi sesama jenis itu statusnya lebih rendah dari zina lawan jenis.

"Di zaman Nabi Luth As, sesama jenis hanya sesama laki-laki, mendekati akhir zaman semakin aneh hingga perempuan dengan perempuan, kemudian saat ini banyak laki-laki ingin menjadi perempuan dan sebaliknya, sehomo-homonya homo di zaman Nabi Luth As tetap laki-laki," terang Ustadz Adi Hidayat.

Selanjutnya pasangan lawan jenis yang mengikatkan diri melalui ikatan pernikahan dan berumah tangga, maka hendaknya meniatkan pernikahannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan jika ingin berumah tangga benar dan nyaman, tidak hanya berniat untuk bersatu, namun juga diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu dalam menjalani hidup berumah tangga, pasangan hendaknya senantiasa melengkapi satu sama lain.

"Melengkapi itu saling menyempurnakan, dalam berumah tangga tidak harus selalu merasakan hal yang sama, kadang-kadang ada kekurangan di pihak suami dilengkapi pihak istri begitu sebaliknya," imbau Ustadz Adi Hidayat.

Baca juga: Menuju Rumah Tangga Bahagia, Ustadz Khalid Basalamah Imbau Pahami Kejiwaan Pasangan

Ada yang harus berangkat, ada yang harus menunggu, ada yang harus dikerjakan, ada yang berdoa, tidak harus semua disamaratakan.

Hendaknya menempatkan sesuai fungsi yang telah Allah atur, sesuai dengan peran suami dan istri.

"Kalau setiap hak terjaga dari peran yang dilakukan, maka akan hadir sakinah, suami pergi bekerja istri mendoakan, tapi kalau tidak ada kepercayaan diintip terus setiap saat, hal ini akan menyusahkan," jelasnya.

Begitu halnya dengan istri yang berada di rumah, harus dipercaya diberikan sesuatu kemudian percaya hal itu bisa dirawat.

Sehingga rumah tangga bisa berjalan jika suami dan istri saling melengkapi.

Kekurangan dari suami dan istri akan selalu ada, yang terpenting mengetahui tanggung jawab masing-masing.

Allah menciptakan manusia berpasangan-pasangan, dalam berpasangan itu ada ketenangan yang disebut sakinah.

"Kemudian dengan berpasangan itu ada rahmat atau kasih sayang, ada perhatian, biasanya mau makan tidak ingat siapa-siapa, sekarang mau makan ingat yang di rumah," papar Ustadz Adi Hidayat.

Kemudian lahirlah mawaddah, yang merupakan cinta dari segi materi dan fisik, misalnya memberi hadiah di hari lahir.

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved