Berita Kotabaru

Penampakan Kota Gaib Saranjana Kotabaru Terekam Lagi via Drone, Pemilik Video Akhirnya Kuak Misteri

Kota Gaib Saranjana Kotabaru Kalimantan Selatan kembali menjadi perbincangan. Kini penampakan Kota Gaib kembali terekam via drone. Misteri terkuak?

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Murhan
Instagram laluferdian
Penampakan Kota Gaib Saranjana Kotabaru terekam lewat drone. 

Asal usul nama Saranjana

Selain fakta dari sumber Hindia Belanda, Mansyur menyebutkan, masih terdapat sumber lain terkait Kota Saranjana. "Sumber yang tentunya jangan sampai ditinggalkan.

Untuk membuat mitos menjadi nyata, harus dimulai dari kemitosannya," tutur dia.

Pertama, ditilik dari sudut pandang bahasa, nama Saranjana, Sarangjana, atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda memiliki kesamaan dengan Sarangtiung.

Wilayah Saranjana ada di selatan Pulau Laut, sementara daerah Sarangtiung berada di utara Pulau Laut.

"Apakah unsur kesamaan ini menunjukkan hubungan? perlu pendalaman. Hal yang pasti, menunjukkan tempat berupa 'sarang'," kata Mansyur.

Namun, dia berpendapat bahwa pembuktian unsur kesejarahan dalam konteks ini hanya sampai di sini.

Sebab, belum ada sumber yang menunjukkan adanya hubungan kedua wilayah ini.

Artinya, pendapat ini hanya pencocokan atau cocoklogi yang belum bisa mencapai taraf hipotesis.

Kedua, lanjut Mansyur, apabila dibandingkan dengan kosakata India, maka "Saranjana" berarti tanah yang diberikan.

Kendati demikian, pendapat ini juga masih dalam tahap cocoklogi.

Apalagi, belum pernah ditemukan peninggalan "wujud budaya" hasil Indianisasi di Pulau Laut.

Penelusuran ketiga, bersumber dari lisan warga lokal dalam publikasi "Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency" oleh Normasunah.

"Normasunah berpendapat sesuai mitos. Gunung Saranjana merupakan jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun," papar Mansyur.

Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan: "Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata.

Dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan, lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh. Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan."

"Kesimpulannya, nama Sambu Ranjana inilah yang kemudian mengalami 'evolusi' pelafalan menjadi 'Saranjana' dalam lidah orang lokal," ungkap dia.

Kerajaan Saranjana disebut dari Suku Dayak Samihim

Di sisi lain, apabila menelusuri keberadaan wilayah Saranjana dalam perspektif ilmiah, terdapat dugaan bahwa Saranjana adalah wilayah kekuasaan dari Suku Dayak yang bermukim di Pulau Laut.

"Suku Dayak yang dimaksud adalah Dayak Samihim, subetnis suku Dayak yang mendiami daerah timur laut Kalimantan Selatan," ujar Mansyur.

Berbentuk negara suku dari Suku Dayak Samihim, Kerajaan Saranjana muncul sebelum 1660-an atau pada pra-abad ke-17 Masehi.

Mansyur menjelaskan, kepala suku pertama adalah Sambu Ranjana yang semua menganut kepercayaan animisme.

Namun seiring perkembangannya, Sambu Ranjana mulai mendapat pengaruh Hindu lama.

"Pada akhirnya, kelompok Suku Dayak Samihim meninggalkan wilayah Saranjana akibat perang dengan kekuatan asing yang datang dengan perahu, menyerang penduduk dan menghancurkan wilayahnya," terang dia.

"Walaupun sudah meninggalkan wilayahnya, nama pusat kekuasaan Suku Dayak Samihim di Pulau Laut, sampai sekarang tetap dinamakan dengan Saranjana," lanjutnya.

Hanyalah kota angan-angan

Mansyur menerangkan, hipotesis lain mengatakan bahwa Saranjana merupakan mitos tentang daerah atau pemerintahan kerajaan maju yang menjadi cita-cita Pangeran Purabaya dan anaknya, Gusti Busu dari Kerajaan Pulau Laut.

"Jadi wilayah Saranjana adalah semacam memori kolektif, yakni sebagai negeri impian dari pemilik pertama tanah apanaze Pulau Laut ini," kata Mansyur.

Hipotesis kedua ini, lebih condong ke pemahaman bahwa Saranjana tidak nyata.

Menurut Mansyur, posisi Saranjana hanya sebagai memori kolektif. Lambat laun, kota ini pun menjadi mitos sebuah wilayah impian atau negeri angan-angan masyarakat pendukungnya.

"Oleh karena itu, mitos inilah yang berkembang sampai sekarang. Dalam mitos, selalu digambarkan Saranjana memang menjadi wilayah yang maju," pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Kristin Juli)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved