Selebrita

Heboh Cicilan Raffi Ahmad Rp 2 M, Intip Skema Pengelolaan Keuangan yang Normal agar Tak Bangkrut

Pengakuan artis Raffi Ahmad soal cicilan bikin heboh. Ayah Rafathar dan Rayyanza itu memiliki cicilan sampai Rp 2 miliar per bulan. Andre Taulany syok

Editor: Murhan
Youtube Trans7 Official
Raffi Ahmad kala di Pulau Seribu. Heboh Cicilan Raffi Ahmad Rp 2 M, Intip Skema Pengelolaan Keuangan ala Pakar. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Pengakuan artis Raffi Ahmad soal cicilan bikin heboh. Ayah Rafathar dan Rayyanza itu memiliki cicilan sampai Rp 2 miliar per bulan.

Tak pelak, pengakuan suami Nagita Slavina itu membuat rekan-rekan artisnya, termasuk Andre Taulany syok.

Awalnya, beberapa rekan artis mengeluhkan banyaknya cicilan.

Melihat itu, Raffi Ahmad kemudian ikut nimbrung.

Dia menyebut cicilan tak perlu dijadikan beban melainkan motivasi.

"Sama gue zaman dulu juga nyicil terus gue. Setiap beli mobil, beli rumah gue nyicil terus. Jangan gengsi loe kalau nyicil gak papa. Gak papa, yang penting itu membuat kita misal gini nih kita kalau punya cicilan itu punya motivasi buat kerja buat bayar cicilan," kata Raffi Ahmad di acara "PAPA ROCK N'ROLL" Trans7.

Baca juga: Jawab Tuduhan Baby L Bukan Anak Lesti Kejora, Rizky Billar: Hasil Sulap

Mengaku kerap berhutang, Raffi Ahmad membongkar nominal cicilan terbesar yang pernah ia miliki.

Andre Taulany dan rekan artis syok kala mendengar pengakuan Raffi Ahmad pernah mempunyai cicilan Rp 2 miliar pe bulan.

"Tapi dulu gue pernah nyicil aja gue pernah waktu itu sampai waktu ya nikah nikah setahun, dua tahun awal lah, gue pernah paling mentok itu punya cicilan tuh sampai sebulannya tuh hampir 2 miliar gue," cerita Raffi Ahmad.

Meski begitu, pengalaman tersebut diakui Raffi Ahmad sebagai langkah yang salah.

Ia juga mengaku sempat stres karena besarnya cicilan tersebut.

Kini, Raffi Ahmad mulai belajar jika lebih baik mengambil cicilan sesuai dengan kemampuan.

"Ya dulu gue terlalu itu juga salah, memang kalau cicilan itu jangan terlalu tinggi-tinggi lah kita terkadang juga stres. Cuman akhirnya pelajaran buat gue jadi kalau kita mau nyicil itu atas kemampuan kita aja," tutur Raffi Ahmad.

Wajarkah cicilan Rp 2 miliar ala Raffi Ahmad?

Sebenarnya, mengelola penghasilan juga bukan berarti harus hidup berhemat dan tidak menikmati hidup sama sekali.

Sepanjang direncanakan dengan baik, tetap ada porsi yang bisa digunakan untuk menikmati hidup dalam batasan yang wajar.

Selain itu, untuk cicilan juga masih dianggap wajar jika tak melebihi penghasilan.

Salah satu referensi yang bisa digunakan dalam melakukan perencanaan bagaimana menghabiskan penghasilan adalah prinsip 10 – 20 – 30 – 40.

Penjumlahan dari 10 + 20 + 30 + 40 adalah 100.

Angka tersebut menunjukkan berapa persen dari penghasilan yang sebaiknya dialokasikan.

10 Persen untuk Kebaikan

Berapapun penghasilan anda, besar ataupun kecil, upayakanlah untuk selalu berbuat kebaikan.

Definisi berbuat kebaikan itu amat luas, tidak terbatas hanya pada memberikan donasi di tempat ibadah, tapi juga hal lain seperti berbakti kepada orang tua dan memberikan bantuan secara bijaksana kepada orang lain yang membutuhkan.

Angka ini juga bukanlah angka pasti yang sifatnya wajib, jika anda masih dalam tahap awal berkarir sehingga penghasilannya belum besar, bisa lebih kecil dari angka tersebut namun upayakan tetap ada.

Sebaliknya jika karier atau usaha anda sukses, tidak menutup kemungkinan juga untuk memberikan di atas persentase tersebut.

20 Persen untuk Masa Depan

Dalam konteks keuangan, persiapan untuk masa depan mencakup hal seperti Dana Darurat, Asuransi Jiwa dan Kesehatan, Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, Dana untuk DP Rumah (bagi yang belum memiliki), Mengembangkan Kekayaan dan dana untuk berbagai tujuan keuangan lainnya.

Untuk pemenuhan Masa Depan tersebut bisa menggunakan berbagai produk jasa keuangan dan investasi seperti tabungan, deposito, asuransi dan reksa dana atau emas.

Yang paling penting dalam pemilihan produk di atas adalah masyarakat harus memahami bahwa yang namanya investasi itu mengandung risiko.

Dengan memahami risiko, cara kerja, dan juga dengan hak dan kewajiban dalam produk jasa keuangan, maka masyarakat bisa menikmati potensi penghasilan dari produk tersebut di masa mendatang. Hal ini juga sesuai dengan slogan reksa dana “Pahami, Nikmati”.

30 Persen Cicilan

Dengan harga rumah yang semakin meningkat, jalanan yang semakin macet, dan fasilitas tranportasi publik yang mungkin belum tersedia secara merata di semua tempat, adalah sangat mungkin jika seseorang memiliki cicilan untuk rumah / apartemen dan kendaraan.

Memiliki hutang dan cicilan dalam konteks perencanaan keuangan masih baik sepanjang digunakan untuk membeli rumah, kendaraan, atau peralatan untuk kebutuhan yang sifatnya produktif. Untuk rumah dengan status sewa juga bisa dimasukkan dalam alokasi ini.

Namun apabila digunakan untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif seperti membeli gadget mewah, jalan-jalan, maka secara perencanaan keuangan itu kurang baik.

Hal ini tidak berarti tidak boleh konsumtif, hanya saja kalau bisa jangan berutang untuk hal yang sifatnya konsumtif tersebut. Jika memang dananya belum cukup, belilah yang sesuai kemampuan. Bagi yang sudah terlanjur berhutang untuk pengeluaran konsumtif, jika memungkinkan, bisa dilunasi secepatnya.

Ada satu kutipan dari bapak Warren Buffet, salah satu orang terkaya di dunia, tentang bagaimana mengatur pengeluaran. Kutipannya sebagai berikut “If you buy things you do not need, soon you will have to sell things you need”

40 Persen Kebutuhan

Persentase inilah idealnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk didalamnya biaya makan, transportasi, tagihan utilitas, pulsa telepon, langganan televisi, keanggotaan olahraga, hobi, pakaian, rekreasi dan sebagainya.

Semua dari yang sifatnya kebutuhan pokok, sampai gaya hidup silakan dimasukkan dalam alokasi ini. Dalam kasus terjadi hal pengeluaran yang sifatnya darurat seperti masuk rumah sakit atau ada kerabat yang meninggal, maka posnya diambil dari alokasi 20 persen untuk masa depan.

Aplikasi Konsep 10 – 20 – 30 – 40

Konsep di atas apabila diaplikasikan, contohnya sebagai berikut. Misalkan penghasilan per bulan Rp 4 juta, maka sebanyak Rp 400.000 untuk Kebaikan, Rp 800.000 untuk Masa Depan, Rp 1.200.000 untuk Cicilan dan Rp 1.600.000 untuk Kebutuhan.

Jika anda termasuk kategori yang berpenghasilan di atas rata-rata misalkan dengan penghasilan Rp 10 juta, maka alokasinya menjadi Rp 1.000.000 untuk kebaikan, Rp 2.000.000 untuk Masa Depan, Rp 3.000.000 untuk Cicilan dan Rp 4.000.000 untuk kebutuhan.

Alokasi di atas bersifat usulan, anda dapat menyesuaikan sendiri sesuai dengan kondisi keuangan anda. Dan jika anda termasuk kategori masyarakat yang berpenghasilan jauh di atas rata-rata sehingga sebenarnya 10 persen dari penghasilan anda sudah cukup untuk kebutuhan, maka beberapa komponen di atas juga bisa dibalik seperti 10 persen untuk Kebutuhan dan 40 persen untuk Kebaikan.

Bagaimana jika dengan alokasi tersebut, ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan? Ada kemungkinan itu merupakan kode alam yang sangat keras kepada anda untuk segera membenahi keuangan dan bekerja lebih keras untuk meningkatkan penghasilan.

Baca juga: Keberadaan Boy William Kala Ayu Ting Ting dan Bilqis Nonton BLACKPINK, Komentar Bikin Heboh

Baca juga: Pemicu Arya Saloka Tak Pulang ke Rumah, Pengakuan Amanda Manopo dan Prilly Latuconsina Jadi Acuan

(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved