Selebrita
Setahun Jadi Pengasuh Rayyanza, Sus Rini Kuak Fakta Nagita Raffi Ahmad
Setahun sudah Sus Rini menjadi pengasuh Rayyanza Malik Ahmad, putra Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Dia ungkap fakta soal Mama Gigi yang sebenarnya.
Penyakit saluran pencernaan, misalnya cacingan, tifus perut, hepatitis, disentri, dan muntah-berak, dapat menular bila pramubalita tidak mencuci tangan sampai bersih.
Pemeriksaan laboratorium darah, urin, dahak dan tinja dap at mengetahui kemungkinan adanya penyakit pada pramubalita misalnya kurang darah (anemia), infeksi saluran kencing, infeksi saluran nafas dan paru, infeksi usus, telur cacing, amuba, bakteri tipus, bakteri-bakteri lain.
Pemeriksaan foto rontgen dapat melihat kelainan pada paru, jantung, tulang iga dan dada. "Bila pramubalita dicurigai ada penyakit, sebaiknya segera di periksakan ke dokter keluarga terdekat," kata Soedjatmiko.
Pengetahuan dan ketrampilan kurang
Idealnya pramubalita harus mempunyai dua modal utama yaitu, mempunyai rasa kasih sayang (asih) terhadap balita yang diasuhnya, dan mempunyai pengetahuan serta ketrampilan bermain dengan balita untuk merangsang atau menstimulasi perkembangan balita yang diasuhnya.
"Ini sebenarnya merupakan peran keluarga (ayah dan ibu) dalam mengasuh balitanya. Tetapi bagi keluarga yang suami-istri bekerja, terpaksa peran ini dilimpahkan pada pramubalitanya ketika ayah dan ibu tidak ada di rumah," ujarnya.
Sayangnya pada umumnya kursus-kursus pramubalita tidak mampu memberi pengetahuan dan ketrampilan asih dan asah atau stimulasi tersebut kepada pramubalita sehingga mereka umumnya hanya trampil dalam memandikan, menceboki, memberi makan, menggendong dan mencuci pakaian balita.
Pramubalita harus sabar, penuh kasih sayang dan konsisten dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan balita, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman kepada balita, sehingga balita merasa percaya kepada lingkungannya, berani mengeksplorasi lingkungan, serta bera ni mencoba melakukan berbagai kegiatan.
Hal ini akan menimbulkan percaya diri pada balita yang merupakan landasan penting bagi pengembangan emosi sosial serta keberanian berkreasi di kemudian hari.
Pramubalita yang sering menakut-nakuti, mengancam, memarahi, memaki apalagi menghukum, mencubit atau memukul balita yang diasuhnya maka dapat diadukan karena perlakuan salah atau kekerasan pada anak, sehingga balitanya akan jadi pencemas, merasa tidak aman, penakut, tidak percaya diri .
Hal ini akan mengganggu perkembangan emosi-sosial di kemudian hari dan tidak mempunyai keberanian untuk bereksperimen. Bahkan balita yang sering mengalami kekerasan kelak sesudah dewasa cenderung akan melakukan kekerasan pula pada anak-anaknya.
Selain itu pramubalita harus mengetahui cara bermain dengan anak untuk merangsang perkembangan berbicara, berpikir (kecerdasan), keberanian meniru, mencoba, menyusun, merangkai, memecahkan masalah, duduk, berdiri, berjalan, berlari, meloncat, melempar, menggambar, tenggang rasa, berbagi, kemandirian dll. Umumnya kursus pramubalita tidak mampu memberi pengetahuan dan pelatihan tentang hal ini.
Sikap dan perilaku
Perilaku balita awalnya bersumber dari refleks-refleks alamiah, dan berkembang lebih kompleks dengan mendengar, melihat, mencoba, menirukan lalu bereksperimen.
Bilamana pramubalita sehari-hari berbicara baik, berperilaku baik, memberi contoh-hal-hal baik, mendorong balita untuk mencoba, memberi pujian bila berhasil, tak banyak membatasi, melarang atau mengancam, tidak memarahi, memaki, menghukum, mencubit dan tidak memukul, maka balita juga akan berkembang jadi anak baik.
Namun bilamana sehari-hari pramubalita sering berbicara kasar, kotor, tidak etis, maka tanpa disadari balita akan banyak meniru kata-kata itu.
Bila sehari-hari pramubalita sering melakukan sesuatu yang berbahaya di depan balita, misalnya mengorek telinga, mengiris dengan pisau, menggunting, mengutak-utik stop kontak listrik, atau lalai ketika menyeterika, menggoreng, meletakkan air panas, maka balita akan menirukan perilaku pengasuhnya sehingga dapat menimbulkan kecelakaan dan cedera pada balita.
Bila pramubalita banyak melarang, membatasi, tidak memberi kesempatan balita untuk mencoba atau berkreasi, apalagi sering memarahi, mengancam, mencubit atau memukul maka balita tidak punya percaya diri, pencemas, penakut sehingga tidak mempunyai keberanian mengembangkan ide dan kreativitas di kemudian hari.
"Karena itu, sikap dan perilaku dari pramubalita ikut menentukan kualitas generasi mendatang," ujar Soedjatmiko.
Baca juga: Wajah Mirip Ariel NOAH, Luna Maya Grogi Kala Sebut Nama Parto Patrio
Baca juga: Isi Perjanjian Pranikah Ari Wibowo dan Inge Anugrah yang Mau Cerai, Pemilik Harta Terkuak
(Banjarmasinpost.co.id/Tribunnews.com)
Jawab Isu Rambutnya Rontok, Vidi Aldiano Ungkap Kondisi Asli Terkait Kesehatannya |
![]() |
---|
Kehidupan Pratama Arhan Usai Cerai dari Azizah Salsha, Kondisi Keuangan Terspill Imbas di Thailand |
![]() |
---|
Tinggalkan Sarwendah dan Anak-anaknya di Indonesia, Ruben Onsu Akhirnya Bahagia Bisa Umrah |
![]() |
---|
Polemik Royalti Lagu Ari Bias vs Agnez Mo Belum Berakhir Usai Putusan MA, Kini Rambah Ranah Pidana |
![]() |
---|
Video Nikah Siri dengan Ical Muhammad Beredar, Faby Marcelia Kini Buat Pengakuan, Kuak Fakta Asli |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.