Inovasi Padi Apung di Kalsel

Inovasi Petani Desa Pimping Balangan Kalsel, Tanam Padi dalam Media Pot

Di bawah binaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP), warga daerah rawa diajari menanam padi menggunakan media tanah dalam pot

Penulis: Reni Kurnia Wati | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/reni kurniawati
Padi apung di Desa Pimping Balangan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BALANGAN - Demografi Kalimantan Selatan, yang sebagiannya berupa rawa dan lebak, rawan banjir.

Di kawasan ini, pertanian sangat sulit dipertahankan pada musim hujan.

Untuk menjaga kontinuitas produksi pertanian, khususnya padi, sebuah inovasi dilakukan petani di Desa Pimping, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan.

Di bawah binaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP), warga daerah rawa diajari menanam padi menggunakan media tanah dalam pot yang diletakkan di sterofoam dan diapungkan.

Sistem tanam ini dapat mengatasi lahan yang kondisi airnya sering naik atau tergenang lama agar tetap menghasilkan.

Tak hanya di Lampihong, pengembanagn metode tanaman ini juga sudah sukses dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Bahkan Gubernur Sahbirin Noor menghadiri syukuran panen padi apung bersama petani di Kecamatan Daha Utara, pada Selasa 4 April 2023.

Pemerintah Kabupaten Balangan melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan mengembangkan padi apung karena wilayah ini memiliki banyak rawa.

Ini seperti yang dilakukan Azizul Hakim, Mantri Tani BPP Lampihong.

Dia telah melakukan uji coba penanaman padi apung di rawa sekitar kantor.

"Di sekitar kantor sudah panen. Satu petak sterofoam yang memiliki 21 lubang tanam bisa menghasilkan dua kilogram gabah," kata Azizul.

BPP Lampihong juga memanfaatkan rawa di dekat permukiman Desa Pimping.

Total ada sekitar 10.500 lubang tanam di 500 petak sterofoam.

Bibit yang digunakan jenis unggul dengan masa tanam sekitar 100 hari.

“Dua minggu lagi diperkirakan mulai panen,” kata Azizul.

Dia menerangkan untuk perawatan tidak terlalu banyak memerlukan pupuk dan membersihkan pot.

Azizul yakin program ini bisa terus dikembangkan sehingga petani bisa memanfaatkan rawa yang selama ini tidak produktif.

Dia mengaku sistem tanam ini memerlukan dana untuk pengadaan media apung sterofoam.

Namun warga bisa menggunakan media yang ada di sekitar seperti bambu atau tanaman liar benalu untuk mengapungannya.

Hasnah, petani yang mendapat program penanaman padi apung, mengatakan meski tidak terlalu banyak hama, serangan burung pipit cukup banyak di lahannya.

"Karena hanya di satu area ini yang ada padinya sehingga pipit ke sini semua," ujarnya.

Oleh karena itu Hasnah masih akan melihat hasilnya saat panen.

"Kalau sudah melihat hasilnya baru menentukan menanam lagi atau tidak," ujarnya.

Jika seluruh lahan rawa yang ada diisi oleh padi apung, Hasnah berharap bisa lebih kecil potensi untuk dimakan burung. (BPost Cetak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved