Opini Publik

Fenomena Kekerasan Anak

Guru, pengelola media dan orangtua bertanggung jawab atas fenomena anak-anak melakukan tindak kekerasan.

Editor: Alpri Widianjono
ISTIMEWA
Pemerhati pendidikan, Irma Suryani. 

Pertanyaannya adalah, mengapa virus kekerasan semakin mudah menghinggapi anak-anak kita sekarang ini?

Secara umum, anak-anak bisa diibaratkan seperti kertas putih.

Mereka dapat dengan mudah dibuat menjadi tetap putih, berubah merah atau malah menjadi sama sekali hitam. Itu semua bergantung kepada siapa mereka mencontoh.

Seperti kita ketahui, salah satu perilaku tipikal anak-anak adalah mudah meniru apa-apa yang mereka lihat dan alami sehari-hari.

Menurut hemat penulis, sedikitnya ada tiga pihak yang paling bertanggungjawab yang menyebabkan anak-anak kita saat ini semakin akrab dengan budaya kekerasan. Ketiga pihak itu, yakni guru, pengelola media dan orangtua.

Tidak bisa dipungkiri, hingga sekarang ini masih banyak guru kita yang baik secara sadar atau tidak sadar, menanamkan bibit kekerasan kepada anak-anak kita, baik itu berupa kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.

Tidak sedikit guru kita yang suka mengumbar bentakan, makian atau hardikan kepada siswa-siswa mereka.

Pun tidak sedikit guru kita yang masih memilih untuk memberikan hukuman fisik dengan dalih menegakkan disiplin serta aturan di lingkungan sekolah.

Padahal, di sejumlah negara, hukuman fisik telah lama dihilangkan dari sekolah.

Para guru dilarang sama sekali memberikan hukuman fisik, apa pun alasannya, kepada para siswanya. Karena, bagaimanapun, tugas sekolah dan para guru bukan untuk menghukum anak, tetapi justru untuk mendidik anak.

Mendidik tidak harus selalu dengan pemberian hukuman, apalagi hukuman fisik.

Kajian selama 30 tahun yang dilakukan antara lain oleh Murray Straus dari Universitas New Hamspshire dan Joan Durrant serta Susan Wingert dari Universitas Manitoba, Amerika Serikat, atas penerapan hukuman fisik kepada anak-anak di sekolah menghasilkan kesimpulan bahwa hukuman fisik justru meningkatkan tindakan agresif dan perilaku anti-sosial di kalangan anak-anak.

Selain guru, para pengelola media, khususnya pengelola stasiun televisi, adalah pihak yang juga ikut bertanggung jawab atas semakin merajalelanya kekerasan di kalangan anak-anak kita.

Tidak ada yang bisa membantah bahwa stasiun-stasiun televisi kita sarat dengan tayangan-tayangan kekerasan.

Tengoklah, misalnya, sinetron-sinetron kita di mana aneka bentuk kekerasan tertayang dengan gamblang di sana.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Desentralisasi MBG

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved